PARLEMEN

Hadiri UNOC 2025, Komisi IV DPR bawa 10 Usulan ‘Atasi Ancaman Keberlanjutan Ekosistem Laut’

MONITOR – Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto bersama 2 anggota Komisi IV lainnya yakni Prof Rokhmin Dahuri dan Alien Mus menghadiri undangan ICCF (International Cinservation Caucus Foundation) dalam United Nations Ocean Conference (UNOC) ke-3 di Nice, Perancis yang digelar pada 8 – 13 Juni 2025. Kegiatan ini mengusung tema “Accelerating Actions and Mobilizing all Actors to Conserve and Sustaianbly Use the Ocean”.

Sedangkan, 8 topik yang dibahas mencakup: (1) Combating Illelegal, Unregulated, and Unreported Fishing, (2) Expanding the Area (Size) of Marine Protected Areas to become 30% of the total Area of the World Seas and Oceans, (3) Sustainable Financing of Marine Protected Areas, (4) Ending Plastic Pollution, (6) Biodiversity Beyond National Juriadiction,  (7) Organized Crimes in Wildlife Trading and IUU Fishing, and (8) Technologies for Conservation and Blue Economy.

Titiek Soeharto dan Prof Rokhmin Dahuri pada forum tersebut tampil menjadi pembicara di sesi Round Table Discussions tentang: (1) “Organized Crimes in Wildlife Trading and IUU Fishing”, (2) Marine Protected Areas, (3) Roles of Parliament in Ocean Conservation and Blue Economy, (4) Biodiversity Beyond National Juriadictions, and (5) Plastic Pollution.

Dalam paparannya, Prof. Rokhmin mengusulkan bahwa untuk mengatasi segenap permasalahan dan ancaman terhadap sustainability (keberlanjutan, kelestarian) ekosistem laut, dan sekaligus memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan, negara-negara di dunia harus berkolaborasi untuk melaksanakan 10 hal yakni: pertama, Restorasi ekosistem-ekosistem pesisir dan laut yang telah mengalami kerusakan.

Kedua, hentikan atau kurangi secara signifikan faktor-faktor yang mengancam dan merusak ekosistem pesisir dan laut. “Seperti overfishing, IUU fishing, destructive fishing, pencemaran, perusakan fisik ekosistem pesisir (mangroves, padang lamun, terumbu karang, estuari, dan beaches), biodiversity loss, deep sea mining, dan global warming,” kata Prof Rokhmin kepada media, Selasa (10/6/2025).

Ketiga, Stop illegal tradding biota laut yang dilindungi menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature).

Keempat, Setiap negara harus mengembangkan Marine Protected Area (Kawasan Lindung Laut) seluas 30% dari total luas wilayah laùtnya masing-masing paling lambat pada 2030 atau 2045.

Kelima, Penguatan pelakasanaan manajemen, pemantauan, pengawasan, dan penegakkan hukum terhadap Kawasan-Kawasan Lindung Laut yang ada.

Keenam, Pengembangan pemanfaatan SDA dan Ekosisten Laut secara Inklusif dan Berkelanjutan untuk memgatasi pengangguran dan kemiskinan secara ramah lingkungan dan sosial. ‘Contohnya usaha perikanan tangkap berkelanjutan, akuakultur berkelanjutan, industri pengolahan hasil laut ramah lungkungan, industri nano-bioteknologi kelautan, transportasi laut ramah lingkungan, dan industri serta jasa maritim ramah lingkungan,’ tutur Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.

Ketujuh, Mitigasi dan adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global.

Kedelapan, Transfer Teknologi, perdagangan internsional yang terbuka dan adil, dan pendanaan oleh negara-negara maju untuk negara-negara berkembang (miskin).

Kesembilan, Capacity building untuk nelayan, pembudidaya ikan, pelaut, dan masyarakat pesisir lainnya tentang pembangunan, investasi, dan bisnis (usaha) di berbagai sektor ekonomi kelautan secara ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kesepuluh, Pendirian Tata Kelola Kelautan Global yang tegas, berwibawa, dan berkeadilan untuk pengelolaan, pengawasan, dan penegakkan hukum BBNJ (Biodiversity Beyond National Jurisdiction), transboundary marine pollution, high-migratory fish species and other marine biota, dan lainnya

Sebagai informasi, UNOC ke-3 ini dihadiri oleh hampir semua negara anggota PBB, kepala pemerintahan, menteri, anggota parlemen dari 21 negara, pejabat Eselon-1, para ilmuwan, peneliti, pengusaha, aktivis lingkungan kelauatan, dan LSM dan kelompok masyarakat lainnya. Sekitar 2.000 peserta hadir dalam konferensi kelautan dunia ini. Selain Sekjen PBB dan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Konferensi Kelautan Dunia ini juga dihadiri oleh banyak Kepala Negara seperti Presiden Brazil, Kosta Rika, Meksiko, Kolombia, Peru, dan sejumulah Kepala Negara dari Eropa, Asia, dan Afrika lainnya. Adapun delegasi RI dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.

Recent Posts

JMM: Penyelenggaraan Haji 2025 Berjalan Baik, Kinerja Menag Patut Diapresiasi

MONITOR, Jakarta - Penyelenggaraan Pelaksanaan Ibadah Haji tahun 2025 secara umum berjalan dengan baik dan…

8 menit yang lalu

Puncak Haji 2025 Selesai, Menag Jelaskan Empat Terobosan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengumumkan berakhirnya fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan…

9 menit yang lalu

DPRD Pandeglang Bersama Dinkes Provinsi Banten Gelar Khitanan Massal

MONITOR, Pandeglang - Fraksi Partai Gerinda Pandeglang gandeng Dinas Kesehatan Provinsi Banten melaksanakan Khitanan Massal…

1 jam yang lalu

Menteri UMKM Sebut Hari Kewirausahaan Nasional Sebagai Momentum Perkuatan Ekosistem Berwirausaha

MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyebut Hari Kewirausahaan…

1 jam yang lalu

Menteri UMKM: Hari Kewirausahaan Nasional Sebagai Momentum Perkuatan Ekosistem Berwirausaha

MONITOR, Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyebut Hari Kewirausahaan…

1 jam yang lalu

Dirut Jasa Marga: 1,5 juta kendaraan Terlayani Optimal saat Libur Iduladha 1446H

MONITOR, Jakarta - Selama periode libur Iduladha 1446H/2025 Jasa Marga memberikan pelayanan optimal untuk 1,5…

2 jam yang lalu