MONITOR, Lumajang – Setiap musim tanam, petani padi di Desa Karanganom, Kecamatan Pasrujambe, Lumajang, selalu dihantui kecemasan. Bukan karena cuaca ekstrem atau harga pupuk, melainkan karena serangan hama tikus yang tak henti-hentinya menggerogoti hasil panen. Hari ini, di tengah keluh kesah yang kian memuncak, mereka menaruh harapan besar pada sinergi antara Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Lumajang dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang.
Adalah Samsul, seorang petani yang telah puluhan tahun menggarap sawah, tak bisa menyembunyikan keputusasaannya. “Rasanya seperti menanam untuk tikus, bukan untuk kami. Sudah berapa kali kami alami gagal panen total karena tikus. Modalnya besar, tenaga habis, tapi hasilnya nol,” ujarnya dengan nada getir, Jum’at (6/6/2025).
Samsul mengaku hama tikus tersebut membuatnya putus asa. “Kadang kami sudah pakai racun, tapi tikus-tikus ini seperti kebal. Mau gropyokan juga tidak maksimal kalau hanya beberapa orang,” tuturnya.
Senada dengan Samsul, Bari juga mengungkapkan keresahannya seraya berharap ada solusi nyata dari pemerintah atas masalah hama tikus tersebut. “Kalau begini terus, bagaimana nasib anak cucu kami? Bertani ini satu-satunya mata pencaharian kami. Kami cuma berharap ada solusi nyata dari pemerintah dan HKTI. Kami butuh bantuan yang langsung terasa dampaknya di sawah,” harapnya.
Sinergi HKTI dan Pemkab Lumajang
Melihat kondisi ini, petani di Karanganom kini menggantungkan harapan besar pada kolaborasi yang diusung oleh HKTI Lumajang dan Pemkab Lumajang. Mereka berharap sinergi ini akan membawa perubahan signifikan dalam penanganan hama tikus.
“Kami sangat berharap HKTI dan Pemkab bisa membantu kami dengan program yang terkoordinasi dan berkelanjutan. Misalnya, memperbanyak rumah burung hantu di desa kami, karena kami tahu burung hantu sangat ampuh memakan tikus,” katanya.
“Atau mungkin bisa memfasilitasi gropyokan massal yang lebih terorganisir dan melibatkan lebih banyak pihak, bukan hanya petani Karanganom saja,” jelasnya.
Sementara itu salah satu petani bernama Siti berharap ada pelatihan dan pendampingan untuk petani dalam membasmi hama tikus. “Kami juga butuh pendampingan dan pelatihan bagaimana cara mengendalikan tikus yang benar. Selama ini kami coba-coba sendiri. Semoga ada bantuan untuk perangkap yang lebih modern atau cara lain yang lebih aman untuk tanaman dan lingkungan,” ungkapnya.
Sebagai informasi, Ancaman hama tikus bukan hanya soal kerugian materi, tetapi juga menyangkut keberlangsungan hidup dan semangat para petani. Jika tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin lahan-lahan pertanian di Desa Karanganom Kecamatan Pasrujambe kabupaten Lumajang akan semakin ditinggalkan.
Para petani di Desa Karanganom kini menanti realisasi janji dan program dari HKTI Lumajang serta Pemkab. Mereka yakin, dengan kolaborasi yang kuat dan strategi yang tepat, ancaman hama tikus bisa ditanggulangi. Harapan mereka sederhana: bisa kembali bertani dengan tenang, melihat tanaman padi tumbuh subur, dan memanen hasilnya dengan layak untuk menghidupi keluarga.
MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) siapkan sejumlah program dalam rangka menyambut tahun baru Islam,…
MONITOR, Semarang - Dalam semangat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Pertamina Patra Niaga mengajak masyarakat Kota…
MONITOR, Tangsel - Bagi seluruh umat beragama Islam, tanggal 10 Zulhijah merupakan suatu perayaan besar…
MONITOR, Jakarta - Tahapan jemaah haji Indonesia untuk Mabit (menginap) di Muzdalifah dinyatakan selesai. Kepala…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat daya saing dan kemandirian industri alat kesehatan…
MONITOR, Jakarta - Proses puncak haji di Arafah sudah selesai. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah…