Ilustrasi
MONITOR, Jakarta – Dekarbonisasi di sektor transportasi memerlukan solusi inovatif. Pertamina NRE berkolaborasi dengan perusahaan Perancis, MGH Energy, menjajaki terobosan pengembangan e-fuels yakni bahan bakar dari sumber energi terbarukan.
CEO Pertamina NRE, John Anis mengatakan, seiring dengan target pemerintah yang cukup agresif dalam mengembangkan listrik dari energi terbarukan, tentu peluang pengembangan e-fuels semakin besar dan tentunya akan mendukung ketahanan dan swasembada energi nasional.
Beberapa yang termasuk dalam e-fuels adalah e-metanol dan eSAF. E-metanol adalah bahan metanol yang diproduksi melalui kombinasi hidrogen yang dihasilkan dari elektrolisis air menggunakan energi terbarukan dan karbondioksida yang ditangkap. Methanol ataupun E methanol biasa digunakan di industri pelayaran dan industri kimia
Sementara eSAF atau e-sustainable aviation fuel adalah bahan bakar sintetik untuk pesawat terbang yang diproduksi menggunakan proses elektrolisis dengan sumber listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, air, ataupun angin.
“Indonesia memiliki potensi sumber daya terbarukan yang sangat besar, dari energi surya hingga hidro, yang bisa menjadi fondasi bagi produksi e-fuels berskala industri,” jelas John Anis.
John menambahkan bahwa kolaborasi strategis ini tidak saja menjadi salah satu harapan untuk mengembangkan solusi inovatif bagi dekarbonisasi tapi juga berpotensi terciptanya transfer teknologi dan mempercepat bauran EBT di Indonesia
Secara global, pengembangan e-fuels dan eSAF telah menjadi bagian dari agenda besar energi bersih di berbagai negara. Jerman, misalnya, telah mengoperasikan pabrik e-fuel skala besar di Patagonia, sementara Jepang dan Amerika Serikat mendorong riset dan insentif fiskal untuk eSAF.
Dengan terlibat dalam tren ini, Indonesia tak hanya merespons tekanan iklim global, tapi juga memanfaatkan peluang ekonomi baru yang muncul dari transisi energi.
Ke depan, dukungan dari sisi regulasi, insentif fiskal, investasi infrastruktur, serta peningkatan kapasitas SDM akan menjadi kunci keberhasilan pengembangan dan komersialisasi e-fuels di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, Indonesia bisa menjadi salah satu pusat produksi bahan bakar bersih terbesar di ASEAN dan mendukung kebutuhan domestik sekaligus menjawab tantangan pasar global.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina NRE memiliki peran penting dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Sinergi dengan berbagai mitra diperlukan untuk menjalankan visi energi baru terbarukan secara maksimal, sekaligus mendukung tercapainya target net zero emission (NZE) Pemerintah yang bisa lebih cepat dengan keterlibatan berbagai stakeholder.
“Kami mengapresiasi langkah Pertamina NRE yang secara proaktif mencari terobosan dalam energi baru terbarukan. Pengembangan energi bersih ini diharapkan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, peningkatan ekonomi, dan target NZE pemerintah serta swasembada energi,” tambah Fadjar.
Pertamina NRE dan MGH Energy baru saja menandatangani nota kesepahaman bersama untuk pengembangan e-fuels pada 28 Mei 2025 lalu dalam acara Forum Bisnis Indonesia-Perancis.
MONITOR, Jakarta - Menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H, Pertamina Patra Niaga kembali memastikan…
MONITOR, Jakarta - Pada fase Wukuf, ada 1.392 jemaah haji Indonesia dari kloter (kelompok terbang)…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR Sukamta mengecam serangan militer Israel terhadap Rumah Sakit…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Abdullah menyoroti insiden longsor yang merenggut 21…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sepakat bekerja sama dengan Kongres…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi mengkritik program Bantuan Subsidi Upah (BSU)…