HUMANIORA

Bedah Buku ‘Kupas Tuntas Rahasia Puasa’ di Masjid Puri Bali

MONITOR, Depok – Masjid Puri Bali Bojongsari, Sawangan, Kota Depok, menggelar acara bedah buku Kupas Tuntas Rahasia Puasa karya Dr. K.H. Syamsul Yakin, M.A yang digelar pada Minggu (23/2/2025).

Ketua DKM Masjid Puri Bali, Dr. Ustadz Aceng Abdul Aziz, mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan ini. “Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, jamaah masjid Puri Bali penuh dengan kegembiraan akan datangnya bulan suci Ramadhan 2025,” ujarnya.

Aceng menuturkan bedah buku ini menjadi salah satu upaya untuk mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadhan agar ibadah puasa dapat dijalankan dengan lebih bermakna.

Pada kesempatan tersebut Ketua Yayasan Masjid Puri Bali, Ustadz Condro Sujalmo, secara resmi mengukuhkan Panitia Ramadhan Masjid Puri Bali. Dalam prosesi ini, ia menegaskan pentingnya peran panitia dalam memastikan berbagai program keagamaan selama bulan suci dapat berjalan dengan lancar serta memberi manfaat bagi jamaah.

Master of Ceremony dalam bedah buku ini adalah Ustadz Sanusi dan dipandu oleh Muhamad Rosit sebagai moderator, yang mengarahkan jalannya diskusi agar berlangsung tertib dan sesuai dengan tujuan.

Sebagai pemateri utama, Dr. K.H. Syamsul Yakin, M.A., mengulas secara mendalam isi bukunya, termasuk konsep tiga tingkatan puasa menurut Imam Ghazali. Tingkatan pertama, Puasa Orang Awam, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

“Tingkatan kedua, Puasa Khusus, melibatkan tidak hanya menahan diri dari hal-hal fisik tetapi juga mengendalikan anggota tubuh dari perbuatan dosa, seperti berdusta atau melihat hal yang diharamkan,” katanya.

Sementara tingkatan tertinggi, lanjut Syamul Puasa Khususul Khusus, dilakukan oleh mereka yang berusaha mendekatkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan menjaga hati dan pikiran dari segala sesuatu selain-Nya.

KH. Syamsul Yakin menekankan bahwa meningkatkan kualitas puasa dari tingkatan pertama ke tingkatan berikutnya membutuhkan kesadaran spiritual yang tinggi serta disiplin dalam mengendalikan hawa nafsu.

“Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga lisan, pandangan, dan perilaku agar tidak mengurangi pahala puasa,” terangnya.

Selain membahas konsep Imam Ghazali, pemateri juga mengulas pemahaman puasa dalam Kitab Sirrul Asrar karya Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dalam kitab tersebut, puasa terbagi menjadi dua kategori utama: Puasa Syariat, yang berfokus pada aspek lahiriah seperti menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan; serta Puasa Tarekat, yang lebih menitikberatkan pada pengendalian aspek spiritual, mencakup penjagaan anggota tubuh dari perbuatan dosa dan menjauhi sifat-sifat tercela seperti sombong, riya, berdusta, gibah, dan namimah.

“Bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu serta menjaga lisan, tangan, dan hati dari perbuatan yang tidak baik. Imam Al-Ghazali pernah menyampaikan bahwa banyak orang yang berpuasa secara fisik, tetapi sejatinya tidak memperoleh manfaat hakiki dari ibadah tersebut. Mereka hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi tidak menjaga diri dari perbuatan yang merusak pahala puasa,” ungkapnya.

“Sebaliknya, ada pula orang yang secara lahiriah tidak berpuasa di luar bulan Ramadan, tetapi tetap menjaga akhlak dan perilakunya dengan baik. Mereka senantiasa menahan diri dari perbuatan tercela, menjaga hati, serta mengendalikan hawa nafsu, yang sejatinya merupakan esensi dari ibadah puasa itu sendiri,” tambahnya.

Dalam Islam, jelas Syamsul puasa memiliki makna yang mendalam. Secara bahasa, kata shaum berarti ‘menahan’ atau ‘mengendalikan’. Oleh karena itu, hakikat puasa tidak hanya membatasi diri dari makanan dan minuman, tetapi juga dari segala bentuk tindakan yang dapat mengurangi keberkahan ibadah.
Puasa di bulan Ramadan diibaratkan sebagai proses ‘dibakar’ untuk membersihkan diri dari dosa dan kekhilafan, sebagaimana api yang memurnikan emas dari kotoran.

“Harapannya, setelah melewati Ramadan, seorang Muslim keluar dalam keadaan yang lebih suci dan lebih baik dari sebelumnya.
Pada akhirnya, puasa bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang bagaimana kita menginternalisasikan nilai-nilai kesabaran, kejujuran, dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Dr. KH. Syamsul Yakin.

Recent Posts

Lebih 100 Ribu Jemaah Reguler 2025 Lunasi Biaya Haji

MONITOR, Jakarta - Pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) bagi jemaah reguler 1446 H/2025 M…

6 jam yang lalu

HUT Ke-79 TNI AU, Kaskoopsud II Pimpin Upacara Pembukaan Pertandingan Olahraga Antar Satuan

MONITOR, Makassar - Panglima Komando Operasi Udara II Marsda TNI Deni Hasoloan, S., yang diwakili…

7 jam yang lalu

Kementerian BUMN Gelar Workshop Komunikasi dan Optimasi AI untuk Media Sosial

MONITOR, Bandung - Komunikasi yang kuat dan strategis menjadi kunci keberhasilan Badan Usaha Milik Negara…

9 jam yang lalu

IPW Tegaskan Polri Tidak Anti Kritik, Beda dengan Kejaksaan

MONITOR, Jakarta - Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, menegaskan bahwa Polri yang…

11 jam yang lalu

Direktur Diktis Paparkan Empat Formula Dosen Cetak Mahasiswa Berkarakter

MONITOR, Jakarta - Menjadi seorang dosen tidak hanya persoalan menunaikan tugas mentransfer ilmu kepada anak…

12 jam yang lalu

Tinjau Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Menteri Dody: Telah Penuhi Standar FIFA dan Siap Diresmikan

MONITOR, Jatim – Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo memastikan bahwa Stadion Gelora Delta Sidoarjo…

14 jam yang lalu