Jumat, 31 Januari, 2025

Indonesia Memiliki Kaligrafi Arab Khas Nusantara

MONITOR, Jakarta – Indonesia memiliki kaligrafi (khat) Arab yang khas dengan karakter Nusantara, yang tumbuh seiring dakwah Islam sejak beberapa abad silam. Fenomena ini menunjukkan terjadinya akulturasi atau perbauran yang menarik antara budaya Arab dan lokal.

Gaya khat khas Nusantara ini juga potensial untuk terus dikembangkan sebagai bentuk ekspresi seni modern. Demikian salah satu kesimpulan dari Seminar Internasional bertema “Kaligrafi dan Seni Islam, Harmoni Agama dan Budaya” di Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Hadir sebagai pembicara, Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran Didin Sirojuddin, maestro kaligrafi asal Iran Kaveh Teymouri, Pengajar Fakultas Bahasa dan Komunikasi di Universitas Pendidikan Sultan Idris (UPSI) di Negeri Perak, Malaysia Makmur Harun, dan Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Oman Fathurrahman.

Diskusi yang dipandu Ilham Khoiri itu digelar Kementerian Agama dalam rangkaian MTQ Internasional IV Tahun 2025 di Jakarta, 29 Januari hingga 1 Februari 2205. Oman Fathurrahman mengungkapkan hasil penelitiannya tentang kaligrafi Arab di Nusantara berdasarkan naskah kuna atau manuskrip yang ditulis tangan. Ditemukan, ternyata ada gaya kaligrafi Arab yang berkembang di Nusantara dengan ciri khas.

- Advertisement -

Salah satunya, huruf Arab itu dipelintir-pelintir sebagai hasil stilasi dari bentuk flora fauna. “Sebelum abad ke-19, masih belum terlibat mengikuti kaidah kaligrafi klasik di Nusantara. Setelah itu, ada jejak kaligrafi berkaidah. Ada juga kombinasi antara kaligrafi gaya Naskhi dan Riqah,” kata Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Depok.

Temuan itu menunjukkan, tradisi seni kaligrafi Arab di Indonesia juga berkontribusi dalam memperkaya ragam kaligrafi Arab di dunia Islam. Hal serupa juga terjadi di beberapa wilayah di dunia yang menerima dakwah Islam dan khat Arab untuk penulisan manuskrip.

Didin Sirojuddin mengungkapkan, seni kaligrafi Arab memang sangat adaftif dengan dinamika masing-masing negara. Di Indonesia, seni kaligrafi masuk menjadi bagian yang dilombakan dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Cabang khattil Quran di MTQ itu bervariasi, mulai dari naskah, dekorasi, mushaf, hingga kaligrafi digital. “Seni kaligrafi juga bisa diajarkan ke anak-anak dengan metode yang lebih cocok untuk mereka, seperti warna-warni,” kata Pengasuh Pesantren Kaligrafi Lemka Sukabumi ini.

Kaveh Teymouri menceritakan kaligrafi Arab mendapatkan apresiasi Tinggi di Iran. Salah satu gaya yang populer adalah gaya Nasta’liq dengan huruf-huruf yang lentur. Masyarakat Iran sangat menghargai kaligrafi Islam karena digunakan untuk menuliskan Alquran. “Kaligrafi Islam juga menyambungkan semangat berkesenian dari berbagai wilayah dunia Islam, seperti pertemuan kita sekarang,” katanya.

Menurut Makmur Harun, kaligrafi Arab di Malaysia tidak saja terkait dengan ornamen keagamaan, tetapi juga bersifat fungsional untuk menuliskan informasi sehari-hari. Ekspresi kaligrafi dapat berwujud dalam macam-macam bentuk, seperti naskah, ornamen dekorasi, masjid, atau di sekolah.

Road to Festival Istiqlal ke-3 Selain seminar tentang kaligrafi, Kementerian Agama RI di ajang MTQ Internasional ini juga menggelar Pameran Kaligrafi dan Workshop Kaligrafi Nasta’liq, bekerja sama dengan Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka). Pameran Kaligrafi menghadirkan puluhan karya para maestro kaligrafi Arab di tanah air dan mancanegara, juga karya para juara lomba kaligrafi, baik di Tingkat nasional maupun internasional. Workshop Kaligrafi Nasta’liq dipandu maestro kaligrafi asal Iran Kaveh Teymouri, diikuti ratusan santri Pesantren Kaligrafi Lemka, termasuk santri asal negara Oman, dan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Jakarta.

“Ini adalah rangkaian dari peringatan 40 tahun perjalanan Lemka yang akan berpuncak pada penulisan Mushaf Nusantara oleh 300-an kaligrafer, ditulis secara serentak dari seluruh Indonesia dalam waktu 12 jam saja. Seminar, pameran dan workshop kaligrafi ini juga bagian dari Road to Festival Istiqlal ke-3 yang diinisiasi Pak Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar,” ungkap Didin Sirojuddin.

Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama RI Ahmad Zayadi mengapresiasi antusiasme masyarakat pada event MTQ Internasional ke-4 di Jakarta. “Alhamdulillah, senang sekali melihat reaksi positif masyarakat, khususnya yang menyaksikan langsung di arena MTQ atau melalui live streaming. Mudah- mudahan menambah kecintaan mereka terhadap Alquran, baik melalui bacaan maupun tulisan,” kata Ahmad Zayadi.

MTQ Internasional ke-4 yang diresmikan Menteri Agama RI Rabu lalu, diikuti 60 peserta dari 38 negara. MTQ dengan dua cabang lomba utama, Tahfidz dan Tilawah Alquran ini akan berakhir Sabtu, 1 Februari 2025, malam.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER