Selasa, 15 Oktober, 2024

Guru Besar UIN Jakarta Dorong Revitalisasi MTQ

MONITOR, Jakarta – Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Nasional untuk kali yang ke-30 digelar di Kota Samarinda pada 6 hingga 16 September 2024. Perhelatan akbar keagamaan dua tahunan ini akan dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada 8 September 2024.

Guru besar UIN Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie, mengatakan MTQ bukan sekadar kompetisi, tapi juga ajang silaturahmi dan konsolidasi umat Islam Indonesia. “MTQ harus diposisikan tidak dalam konteks mikro an sich, yakni adu terampil dalam melantunkan, menghafal, menulis, atau menafsir Al-Quran, tapi harus dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dan konsolidasi para hamalatul Qur’an se-Indonesia”, tegasnya.

Lebih lanjut, pemerhati dan pegiat pembinaan Al-Qur’an di Indonesia ini mengingatkan tentang pentingnya mengembalikan MTQ pada jalurnya yang genuine, yakni sebagai mekanisme evuatif terhadap seberapa besar dampak kegiatan pembinaan Al-Quran yang diselenggarakan di semua daerah. “Seperti yang tertuang dalam sejumlah regulasi, MTQ menjadi mekanisme evaluasi dan koreksi terhadap kinerja LPTQ sebagai lembaga yang diberi mandat pembinaan dan pengembangan Al-Quran dan Hadis di tengah-tengah masyarakat”, pungkasnya.

Menurut Tholabi, untuk menjaga arah atau orientasi MTQ yang sejalan dengan cita-cita dan kebijakan yang digariskan dibutuhkan komitmen bersama dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, ulama, lembaga pendidikan, ormas keagamaan, dan masyarakat pada umumnya. “Menjadikan MTQ sebagai tujuan adalah pandangan yang keliru. Ini sangat berbahaya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam perhelatan ini harus menyadari bahwa MTQ bukan ajang perebutan prestise tapi mengemban misi yang sangat substantif, yakni pembinaan umat sekaligus syiar Al-Quran di tengah-tengah masyarakat”, tegas Tholabi.

- Advertisement -

Di sisi lain, MTQ harus terus diarahkan menjadi proyek bersama, tidak hanya program Pemerintah, dalam hal ini Kemenag dan Kemendagri, tapi juga melibatkan partisipasi publik yang seluas-luasnya. Keikutsertaan publik yang lebih luas diharapkan akan kian memperkuat syiar dan dampak positif MTQ secara lebih signifikan. “Tentu kita tidak ingin MTQ hanya menjadi hajat sekelompok kecil masyarakat. Jika dibiarkan maka MTQ akan terisolasi dan menjadi sangat eksklusif. Ini tidak boleh terjadi”, harap Tholabi.

Secara teknis pelaksanaan, Tholabi mengakui telah terjadi banyak berbaikan dari waktu ke waktu. Serangkaian evaluasi serta perbaikan regulasi teknis pelaksanaan terus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama untuk memastikan bahwa MTQ berjalan secara objektif dan memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas publik. “Pemanfaatan teknologi informasi dalam perhelatan MTQ merupakan terobosan yang sangat bagus. Ini menjadi legacy Kementerian Agama dalam konteks pengembangan MTQ yang modern dan kredibel,” Pungkas Tholabi.

MTQ diikuti ribuan peserta dan ofisial terlibat dalam kegiatan ini. Sejumlah mata lomba akan dipertandingkan selama Musabaqah Al-Quran berlangsung, antara lain: Tilawah al-Quran, Hifzh al-Quran, Tafsir al-Quran, Syarh al-Quran, Fahmi al-Quran, Khath al-Quran, dan Karya Ilmiah Al-Quran.

Tidak hanya perlombaan, dalam MTQ digelar sejumlah agenda pendukung yang turut menyemarakkan seluruh rangkaian perhelatan MTQ Nasional, seperti malam ta’aruf, pawai ta’aruf, defile kafilah, bazar dan pameran pembangunan, seminar internasional, talk show, hiburan religius, haflah tilawah, dan lain sebagainya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER