MONITOR, Jakarta – Bila Indonesia mampu menjadi Negara-negara maju, adil-makmur, dan berdaulat serta berperan aktif dan signifikan dalam menjaga perdamaian sesuai nilai-nilai Pancasila, maka ia akan menjadi a role model.
Demikian disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, dalam menyambut peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2024.
“Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dunia adalah sebuah keniscayaan. Pancasila juga sejalan dengan ajaran Islam.” ujar Prof. Rokhmin Dahuri, Sabtu (1/6).
Sebab, jelasnya, Islam adalah agama yang sangat memerhatikan pembangunan berkelanjutan. “Ada tiga dimensi perspektif Islam dalam pembangunan berkelanjutan. Yakni, world-view Islam, tujuan ekonomi berkelanjutan dalam Islam, dan metode ekonomi berkelanjutan dalam Islam,” ujarnya.
Lebih lanjut, jelas Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu, world-view Islam dalam ekonomi berkelanjutan berdasarkan pada tiga konsep, yakni tauhid, khalifah dan adil.
Sedangkan Tauhid merupakan hal yang paling penting, karena tauhid memberikan makna dan signifikansi terhadap ekistensi alam semesta, yang terdapat manusia di dalamnya. Dan, manusia dan alam semesta itu ciptaan Allah Azza wa Jalla,
Lalu, ia memaparkan, potret kehidupan masyarakat dunia yang maju, adil-makmur di masa kejayaan umat islam (The Golden Age Of Moslem), yaitu sejak Fathu Makkah (630 M/Abad-7) sampai Abad-17. “Konsepnya mirip dengan peradaban bangsa berbasis Pancsila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” sebut Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.
Konsep khalifah, jelasnya, adalah sebagai pemelihara bumi dan tidak untuk sebaliknya yaitu menciptakan kerusakan dan pertumpahan darah. Adapun adil, maksudnya sumberdaya alam ( SDA) yang diciptakan Allah SWT merupakan modal atau perantara untuk mencapai kemakmuran atau yang disebutkan sebagai konsep falah.
“Tanpa keadilan (adil terhadap manusia maupun alam), falah tidak akan pernah tercapai,” tandasnya.
Mengutip sejumlah ayat Alquran dan Hadits, Prof. Rokhmin Dahuri menerangkan, Islam mengajarkan paling beberapa hal berikut ini. Yakni, Islam mewajibkan umatnya untuk hidup sederhana, tidak boros; makanlah pada saat lapar, dan berhentilah sebelum kenyang.
“Sebab, kekenyangan merupakan bagian dari perbuatan yang melampaui batas; dan tidak boleh membuang-buang air meski saat berwudlu, dan tidak memubazirkan SDA,” ujar Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI) itu.
Selain itu, katanya, menumpuk harta, mencari dan membelanjakan harta secara haram pun dilarang oleh Allah SWT; Sebaliknya, umat Islam diwajibkan untuk berbagi harta, ilmu, dan rezeki lainnya kepada sesama insan yang membutuhkan pertolongan, kaum fakir, miskin, dan musafir.
Islam juga mewajibkan umatnya untuk berlaku jujur, adil, dan menyayangi sesama, rahmatan lil a’lamin; Islam mewajibkan muslim untuk memelihara dan meningkatkan DDL (daya dukung lingkungan) bumi, dan membatasi permintaan terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan; dan bagi umat Islam, merawat bumi dan melestarikan lingkungan hidup juga merupakan salah satu wujud ibadah kepada Allah Azza wa Jalla, Tuhan Yang Menciptakan manusia dan alam semesta.
Dalam Islam, paparnya, pahala (reward) bagi seseorang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya itu bukan hanya berlaku di dunia, tetapi juga di akhirat. Di mana, balasan bagi mereka yang menjalankan perintah Allah adalah surga berupa kenikmatan dan kebahagiaan sepanjang masa. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak menunaikan perintah Allah atau melanggar larangan-Nya akan menjadi penghuni neraka berupa azab dan penderitaan abadi.
“Semoga semangat keadilan dan persatuan salam bingkai Ketuhanan memperkuat kita sebagai umat Islam dalam menciptakan kedamaian dan harmoni yang beragam,” imbuh Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – sekarang.