Minggu, 28 April, 2024

Pakar Kemaritiman ajak Seskoal Optimalkan Pembangunan Blue Economy

MONITOR, Jakarta – Pakar Kemaritiman yang juga Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS memaparkan peningkatan peran Seskoal dalam pembangunan kemaritiman menuju Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD).

Hal itu dikemukakan Prof Rokhmin Dahuri saat tampil sebagai pembicara pada Seminar Maritim Nasional “Pengelolaan Dan Pengawasan Pencemaran Laut Guna Mewujudkan Blue Economy Dalam Rangka Pembangunan Yang Berkelanjutan” yang diadakan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) di Auditorium Jos Soedarso Seskoal, Rabu, 27 September 2023.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Rokhmin Dahuri menyatakan Indonesia memiliki potensi (modal dasar) pembangunan yang sangat besar dan lengkap untuk menjadi negara-bangsa yang maju, adil-makmur, dan berdaulat (Indonesia Emas). Potensi tersebut tidak lain adalah sektor Kelautan dan Perikanan (Blue Economy).

Mengutip World Bank, Blue Economy sendiri adalah penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan umat manusia, dan  secara simultan menjaga kesehatan serta keberlanjutan ekosistem laut.

- Advertisement -

“Blue Economy adalah penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan umat manusia, dan  secara simultan menjaga kesehatan serta keberlanjutan ekosistem laut,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri.

Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia itu juga menyebut “Ekonomi kelautan (Blue Economy) meliputi semua kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir dan lautan, dan di wilayah darat yang menggunakan bahan baku atau sumber daya alam yang berasal dari pesisir dan lautan.”

Blue Economy adalah semua kegiatan ekonomi yang terkait dengan lautan dan pesisir. Ini mencakup berbagai sektor-sektor ekonomi mapan (established sectors) dan sektor-sektor ekonomi yang baru berkembang (emerging sectors) (EC, 2020).

“Mengutip konservasi internasional 2010, Blue Economy juga mencakup manfaat ekonomi kelautan yang mungkin belum bisa dinilai dengan uang, seperti Carbon Sequestrian, Coastal Protection, Biodiversity, dan Climate Regulator,” terangnya.

Ekonomi biru didefinisikan sebagai model ekonomi yang menggunakan: (1) infrastruktur, teknologi, dan praktik hijau, (2) mekanisme pembiayaan yang inovatif dan inklusif, dan (3) pengaturan kelembagaan proaktif untuk memenuhi tujuan kembar melindungi pantai dan lautan, dan pada pada saat yang sama meningkatkan potensi kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, termasuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis. (PEMSEA, 2016).

Prof. Rokhmin Dahuri mengklaim bahwa potensi Blue Economy Indonesia dapat menyerap lapangan kerja 45 juta orang atau atau 40 persen total angkatan kerja Indonesia. Kenyataannya, Pada 2019 kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia sekitar 10,4 persen. Padahal negara-negara lain dengan potensi kelautan lebih kecil (seperti Thailand, Korsel, Jepang, Maldives, Norwegia, dan Islandia), kontribusinya lebih 30 persen.

Bahwa Seskoal perlu memperbarui dan memperkuat kurikulumnya agar lebih sesuai dengan tuntutan pembangunan kemaritiman, termasuk peningkatan hukum laut internasional, manajemen sumber daya laut, teknologi maritim, keamanan maritim, dan ekonomi kelautan. Aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak eksternal seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), industri maritim, dan lembaga penelitian maritim. 

“Kerjasama ini dapat mencakup pertukaran pengetahuan, SDM, dan dukungan dalam pengembangan proyek-proyek maritim,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri dalam paparannya bertema “Blue Economy Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif Dan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045”.

Selanjutnya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, memperkuat bagian penelitian dan pengembangan (litbang) yang fokus pada isu-isu maritim khususnya yang relevan dengan pembangunan kemaritiman Indonesia. Menurutnya, dari hasil riset dan inovasi yang dihasilkan dapat menjadi sumber daya berharga bagi pemerintah dan sektor swasta.

Kemudian, memperluas jaringan kerjasama internasional dengan lembaga pendidikan militer dari negara-negara lain yang memiliki kepentingan maritim serupa. 

“Seskoal dapat lebih aktif memanfaatkan jaringan alumni yang luas untuk mendukung pembangunan kemaritiman. Alumni Seskoal yang berkarier di berbagai sektor dapat berperan sebagai duta kemaritiman dan membantu mempromosikan pembangunan kemaritiman di Indonesia,” kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.

Lalu, sambungunya, fokus pada kesiapan strategis, termasuk perencanaan dan simulasi untuk menghadapi situasi darurat maritim, seperti bencana alam atau ancaman keamanan. Menerapkan teknologi terbaru, seperti simulasi komputer dan kecerdasan buatan, dalam pelatihan dan pengembangan strategi maritim.

“Seskoal dapat memainkan peran aktif dalam edukasi masyarakat tentang pentingnya kemaritiman melalui program-program pendidikan, seminar, lokakarya, dan kampanye informasi yang ditujukan kepada masyarakat umum,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyampaikan pentingnya peran Angkatan laut dalam mewujudkan ekonomi untuk Pembangunan yang berkelanjutan. “Pendekatan ekonomi biru harus menjadi arus utama Pembangunan ke depan. Terutama jika kita mempertimbangan ekonomi biru yang sangat besar,” papar Menko Luhut. Dirinya memaparkan potensi energi terbarukan berkelanjutan dan dampak perubahan iklim pada laut.

Menurut Menko Luhut, laut mampu menangkap emisi karbon sehingga pengembangan industri rumput laut dan mangrove perlu menjadi perhatian. Dirinya sependapat dengan Panglima TNI yang sebelumnya menyampaikan pengelolaan sampah.

Dirinya menambahkan bahwa saat ini pemerintah Tengah membangun 52 fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) diharapkan Ketika selesai kita bisa proses sampai 30 ribu ton sampah/hari. 

“Dengan demikian, kita mengurangi sampah termasuk yang masuk ke laut. Jadi anda sebagai pelaut perlu juga melihat permasalahan ini. Anda memiliki peran yang luar biasa untuk turut membersihkan sampah laut,” ucapnya kepada para peserta seminar.

Dalam paparannya Menko Luhut menekankan bahwa ekonomi biru menjadi bagian penting dalam Upaya pencapaian visi Indonesia sebagai negara maritim yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan di tahun 2045. Dirinya kemudian menyampaikan bahwa optimasi peran kelautan kedepan tidak akan mudah seiring dengan dinamisnya perkembangan tantangan global.

“Pemerintah berkomitmen untuk mengoptimalkan peran ekonomi maritim dan mengatasi berbagai tantangan yang berkaitan dengan sektor maritim. TNI AL berperan besar dalam mewujudkan potensi ekonomi biru, terutama melalui pengawasan terhadap penggunaan sumber daya maritim yang berkelanjutan,” ucap Menko Luhut.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER