Rabu, 1 Mei, 2024

Penerapan PHT Skala Luas Padi Pacu Minat Petani Pandeglang dalam Aplikasi Saprodi Ramah Lingkungan

MONITOR, Jakarta – Usaha budidaya tanaman padi tidak terlepas dari faktor risiko yang dapat mengancam produksi, salah satunya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Serangan OPT baik hama maupun penyakit harus dikendalikan agar tidak mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi. Tentunya upaya pengelolaan OPT ini harus dilaksanakan mulai dari pratanam sampai dengan menjelang panen.

Masih banyak kita temui petani yang menggunakan pestisida kimia sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan hama ataupun penyakit yang menyerang pertanamannya. Jika penggunaannya tidak tepat dan tidak bijaksana maka akan mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan terutama agroekosistem. Keterbatasan pemahaman petani terhadap hal ini menjadi salah satu faktor masih tingginya penggunaan pestisida kimia.
Pengetahuan petani dalam upaya pengendalian OPT perlu ditingkatkan untuk mendukung program pengamanan produksi tanaman pangan dengan mengedepankan teknologi ramah lingkungan. Dalam upaya tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (Ditlin TP) mengalokasikan program Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sejak tahun 2015.

Beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan pertemuan Rencana Tindak Lanjut (RTL) PPHT Padi yang merupakan tahap akhir kegiatan dengan bertempat di Poktan Subur Makmur II, Desa Setrajaya, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang, Banten (22/8). Turut hadir dalam RTL tersebut Kepala Balai Benih dan Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (BBPTPHP) Banten beserta jajaran, perwakilan Ditlin TP, petugas POPT dan PPL pendamping, serta petani setempat.

Dalam kesempatan tersebut perwakilan Ditlin TP dari Substansi Pengendalian OPT Serealia, Acep Herdiana, menyampaikan pentingnya integrasi berbagai metode pengendalian hama dan penyakit secara efektif dan ramah lingkungan untuk mendukung program ketahanan pangan Indonesia. “Kegiatan PPHT ini merupakan paket lengkap yang dikemas dengan apik untuk memfasilitasi petani sejak dari perencanaan tanam, bimbingan teknis, pengamatan rutin, praktik pembuatan sarana produksi yang ramah lingkungan, hingga evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk musim tanam berikutnya,” jelas Acep, seorang POPT Ahli Muda di Ditlin TP.

- Advertisement -

Selaras dengan penjelasan Acep, petani Sumber Makmur II, Muhaemin mengungkapkan bahwa kehadiran PPHT ini dapat memberikan manfaat yang dirasakan secara nyata oleh anggota kelompoknya. “Di musim tanam ini, kami sudah mengurangi pestisida kimia. Sekarang kami lebih sering menggunakan bahan alami berupa pupuk dan APH. Sejauh ini kami sudah menggunakan 20 ton pupuk organik, 200 liter PGPR, dan 200 liter Paenibacillus. Alhamdulillah hasilnya sangat baik. Pada musim kemarau ini tanaman kami cukup aman dari serangan hama dan panen kami pun meningkat hingga 9 ton/ha,” ungkap Muhaemin.

Pada penghujung acara RTL, petani Subur Makmur II juga menyepakati untuk rutin mengadakan pertemuan kelompok dalam merencanakan budidaya tanaman secara lebih baik dan menyiapkan sarana produksi ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan lokal setempat. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang ditempuh untuk mengamankan pertanaman dari gangguan hama dan penyakit sejak dini.

Adham Bahtra, Kepala BPTPHP Banten mendukung penuh rencana-rencana kegiatan yang dikemukakan oleh Poktan Subur Makmur II dalam hal pengamanan pangan.
“Tentu jika petani melaksanakan rencana itu dengan serius, manfaat yang didapat juga tak tanggung-tanggung. Kapan lagi bisa duduk bersama dan merancang kegiatan budidaya tanaman yang lebih efektif dan menguntungkan. Kegiatan ini tentunya baik untuk usaha tani petani dan lingkungan sekitar,” tutur Adham.

Dihubungi terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Yudi Sastro menyatakan dukungannya untuk mereplikasi kegiatan penerapan PHT secara massif di kalangan petani. Melihat dampak penggunaan bahan kimia yang semakin terasa bagi lingkungan, pemanfaatan bahan pengendali hayati menjadi salah satu solusi untuk meremediasi kondisi alam yang mulai merana ini. “Saya berharap rencana-rencana yang telah dirumuskan dapat diterapkan serta dimanfaatkan seluas-luasnya oleh petani. Sembari meningkatkan produksi, kesehatan lingkungan juga kita perhatikan. Penggunaan bahan hayati jelas membantu mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Biaya produksi lebih murah dan hasil panen padi pun tinggi,” tegas Yudi.

Pernyataan Yudi sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa untuk menuju pertanian sehat harus menerapkan budidaya tanaman sehat, memanfaatkan bahan alami dengan kreatif dan maksimal.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER