Kamis, 28 Maret, 2024

Kementan Gerakkan Antisipasi Iklim Ekstrim Dan Serangan OPT

MONITOR, Jakarta – Peramalan OPT merupakan komponen penting dalam strategi pengelolaan OPT Tanaman Pangan karena peramalan dapat memberikan peringatan dini tentang populasi dan tingkat serangan. Biasanya pada musim pancaroba itu akan terjadi serangan hama dan penyakit, sebagai langkah awal antisipasi dini, dilakukan bimbingan teknis peramalan OPT pada 27/04/23.

Mengawali kegiatan Bimtek, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan bahwa dalam kondisi iklim ekstrim ini diharapkan tim POPT melakukan peramalan di daerah-daerah yang menjadi ancaman, walaupun selama ini sudah kita mapingkan daerah-daerah langganan serangan OPT misal daerah wereng, daerah hama tikus dan kresek.

“Setelah dilakukan peramalan terhadap OPT dilakukan langkah-langkah yang pertama antisipasi dini early warning system jadi bertindak sebelum terjadi, yang kedua menggerakan tim gerdal, yang ketiga maping daerah-daerah langganan serangan OPT, yang ke empat pantau terus data-data dari BMKG, yang kelima lakukan prinsip-prinsip jika musim kemarau gunakan benih-benih tahan kekeringan, yang ke enam asuransi usaha tani AUTP sehingga meminimalisir terhadap resiko, yang terakhir gunakan bahan-bahan alami pestisida kimia pilihan terakhir” Terang Suwandi

“Terkait iklim ini Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limo mengarahkan untuk dilakukan percepatan tanam, setelah memasuki masa panen raya yang hampir berakhir di bulan mei ini langsung lakukan percepatan tanam, dengan berbagai upaya-upaya lainnya yaitu percepatan tanam tidak lebih dari 14 hari, saat pengolahan tanah dilakukan penyemprotan biodekomposer untuk mempercepat proses pelapukan, semai sebaiknya di luar, lalu gunakan benih-benih unggul super genjah. Serta melakukan trobosan-trobosan baru, inovasi baru sehingga hari esok lebih baik” tambah Suwandi

- Advertisement -

Hadir sebagai narasumber, Dodo Gunawan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, menjelaskan iklim di indonesia di pengaruhi oleh berbagai fenomena yang sangat familiar fenomena tersebut yaitu Enso (La Nina/El Nino) peristiwa interaksi darat dan laut yang bersumber di samudera fasifik melalui sirkulasi udara dan laut, itu yang mempengaruhi kondisi musim di indonesia.

“Enso itu ada fenomena La Nina dan El Nino keduanya sudah kita kenali dampaknya di indonesia, kalo La Nina mengakibatkan curah hujan lebih banyak di wilayah indonesia dan sebaliknya pada saat El Nino kita akan kekurangan hujan atau kemarau berkepanjangan” jelas Dodo

Dodo juga menyampaikan bahwa BMKG telah merangkum prediksi Enso dari berbagai sumber dengan berbagai metode, dan hasil rangkuman BMKG diantaranya, Indeks Enso pada Desarian II April 2023 sebesar 0.092 menunjukan kondisi netral, BMKG memprediksi Enso akan tetap netral setidaknya hingga pertengahan tahun 2023, sedangkan pusat iklim dunia memprediksi kondisi Enso Netral menuju El Nino pada smester II 2023.

“Mulai dari tahun 2020-2022 lebih di dominasi bahkan musim kemarau nya pun banyak hujan, saat-saat seperti itu sudah berlalu kita masuk pada musim kemarau pada umum nya, bahkan menuju kondisi netral di pertengahan tahun ternyata setelah pertengahan tahun nya akan ada kondisi El Nino yang akan memperparah kondisi musim kemarau, nah ini yang saya kira untuk menjadi perhatian bagaimana kita mengantisipasi di lapangan mengahadapi kondisi yang berbeda 3 tahun sebelumnya” ujar Dodo

Sementara itu, Ali Nurmansyah, Ketua Departemen Proteksi Tanamam, Fakultas Pertanian IPB, mengungkapkan bahwa jika melakukan peramalan OPT dengan akurat maka dapat memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan dan penyebaran hama dan penyakit pada ruang dan waktu yang akan datang serta bisa menjadi dasar untuk menyusun strategi dan teknik pengelolaan atau penanggunlangan hama dan penyakit yang efektif dan efisien.

“Selain itu hasil peramalan OPT dapat bermanfaat memperkecil resiko berusaha tani karena populasi setangan hama dan penyakit dapat ditekan, tingkat produkuktivitas tanaman pada taraf tinggi (menguntungkan), dan aman terhadap lingkungan” ungkap Ali Nurmansyah

“melakukan peramalan OPT dapat dengan metode Kualitatif dan Kuantitatif tetapi dengan metode kualitatif itu tidak bisa dilakukan semua orang karena perlu keahlian khsusus dan pengalaman, sedangakan metode Kuantitatif semua orang relatif bisa melakukan baik petani maupun kita semua bisa melakukan” Ali Nurmansyah menambahkan.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER