MONITOR, Semarang – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menekankan pentingnya komunitas atau organisasi kemasyarakatan, yang serius memperhatikan difabel, termasuk Perkumpulan Tunanetra Kristiani Indonesia (Petki). Dengan keterlibatan komunitas, program pemberian akses dan kemandirian dari pemerintah bisa dipercepat.
“Kami sudah punya Perda, punya Pergub untuk kawan-kawan disabilitas. Maka kawan-kawan Petki, khususnya yang di Jawa Tengah ini, bisa memanfaatkan itu. Tadi saya tawarkan, apa sih yang menjadi problem mereka, kemudian bagaimana mereka bisa kita latih, diberikan akses yang banyak, sehingga bisa mandiri,” kata Ganjar, seusai membuka Rakernas DPP Petki di BPM Dikjur, Jalan Brotojoyo, Kota Semarang.
Menurut Ganjar, keberadaan Petki dapat menjadi penghubung sekaligus ruang bagi penyandang tunanetra, untuk mendapatkan banyak aktivitas fisik dan keterampilan.
Meskipun Petki merupakan organisasi dengan latar belakang agama, kegiatan yang diberikan kepada anggota Petki tidak hanya soal keagamaan.
“Mudah-mudahan mereka yang dari kelompok tunanetra makin terbantu, karena banyak aktivitas atau keterampilan yang bisa membikin mereka bisa lebih mandiri. Tadi kegiatannya tidak hanya keagamaan dari kawan tunanetra yang Nasrani, tapi juga membuat kegiatan yang sifatnya keterampilan itu tadi, life skill, sehingga kemandirian-kemandirian ini bisa didorong,” katanya.
Ditambahkan, sinergi antara kebijakan pemerintah dengan kegiatan Petki dapat membuka lebih banyak peluang bagi para difabel, untuk mendapatkan pelatihan dan dorongan. Terutama terkait keterampilan yang menjadi bekal kemandirian.
Untuk itu, Ganjar meminta Petki agar ikut membantu pendataan difabel.
“Kita pernah sampaikan, umpama kepada kawan-kawan kades, berapa sih jumlah penyandang disabilitas di desa kalian dan mereka bisa mendata tidak, mana yang tunanetra, mana yang kelompok tuli, dan berkebutuhan khusus lainnya,” ungkap Ganjar.
Keberadaan data yang valid, menurutnya, menjadi penting dalam upaya mempercepat pemberian pelatihan maupun akses kepada difabel. Pelatihan itu akan diberikan secara terprogram, sampai mereka menyatakan diri siap untuk mandiri.
“Ini penting untuk didata, kalau Petki kemudian bisa membantu tentu ini akan bisa mempercepat kita memberikan pelatihan, kemandirian, dukungan kepada mereka sampai mereka menyatakan diri, ya saya siap mandiri,” katanya.
Dalam sambutannya, Sekjen DPP Petki, Yakobus Tri Bagio, mengatakan, Rakernas tersebut dihadiri oleh perwakilan DPD Petki dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, tunanetra yang terdaftar sebagai anggota Petki sebanyak 805 ribu orang.
“Petki sebagai organisasi kemasyarakatan tingkat nasional, dan mendapatkan tugas khusus untuk memberikan pendampingan kepada tunanetra. Kegiatan kami bukan hanya sisi kerohanian melainkan juga sisi sosial, ekonomi, dan keluarga. Kami berkomitmen untuk mendukung pemerintah, dalam memberikan kemandirian kepada tunanetra,” ujarnya.