Selasa, 23 April, 2024

Hadiri Kongres Kelautan Dunia (WCO-2023), Prof Rokhmin dorong Optimalisasi Akuakultur untuk Ketahanan Pangan Global

MONITOR – Guru Besar Pengelolaan Pesisir dan Lautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS diundang sebagai salah satu keynote speaker pada The 10th Annual World Congress of Ocean yang diselenggarakan di Hotel Emesia, Sapporo, Hokkaido, Jepang dari 9 – 11 Januari 2023. Kongres internasional itu diikuti sekitar 300 peserta dari 45 negara.

Ada 7 tema kelautan yang dibahas, antara lain: (1) Ocean Economy and Maritime Law, (2) Aquaculture and Fisheries, (3) Marine Tourism, (4) Ocean Energy and Mineral, (5) Smart and Green Ports, Shipping, and Shipbuilding, (6) Coastal and Ocean Management, and (7) Ocean Science and Technology.

Dalam makalahnya yang berjudul “The Development of an Inclusive and Sustainable Aquaculture for Strengthening Global Food Security and Prosperity”, Mantan menteri kelautan dan perikanan itu memaparkan pentingnya mendorong perikanan budidaya (akuakultur) sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan dunia di tengah berbagai ancaman dan tantangan baik kerusakan lingkungan, meningkatnya populasi, krisis politik dan lain sebagainya.

“Populasi dunia yang terus meningkat dan pendapatan mereka (daya beli) secara dramatis meningkatkan permintaan manusia akan makanan, energi, produk farmasi, mineral, dan komoditas lain (sumber daya alam) dan produk,” katanya.

- Advertisement -

Seiring dengan pertambahan penduduk, kata Prof Rokhmin Dahuri, permintaan bahan pangan bakal terus meningkat. Namun, sayangnya suplai pangan global cenderung menurun. Mengutip data FAO, dosen kehormatan Mokpo National University Korea Selatan itu mengungkapkan bahwa hampir 800 juta orang menderita kelaparan kronis dan 2 miliar menderita defisiensi mikronutrien.

Mengutip PBB, Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan, pertumbuhan populasi global pada 15 November 2022 populasi manusia dunia mencapai 8 miliar. Dalam konteks sektor penghasil pangan (pertanian, peternakan, budidaya perairan, dan perikanan tangkap); hanya akuakultur yang masih memiliki ruang besar untuk mengembangkan produksinya.

Sederhananya, karena tingkat pemanfaatan (produksi) budidaya, khususnya di lingkungan laut (budidaya laut) dan pesisir (budidaya air payau), jauh lebih rendah dari total potensi produksinya. Sementara itu, produksi perikanan tangkap dunia mengalami stagnasi (leveling-of), sekitar 90 juta ton/tahun, sejak pertengahan tahun 1980 (FAO, 2018).

“Dan, pengembangan peternakan dan pertanian juga terkendala oleh alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan lahan lain, polusi, degradasi lingkungan ekosistem darat, dan konflik sosial,” katanya.

Akuakultur sendiri lanjut Prof Rokhmin tidak hanya menghasilkan ikan bersirip, krustasea, moluska, dan rumput laut; tetapi juga invertebrata, dan flora dan fauna lainnya (FAO, 1998). “Oleh karena itu, akuakultur sebenarnya merupakan sektor pembangunan yang tidak hanya menghasilkan komoditas pangan sebagai sumber protein hewani (misalnya ikan bersirip, krustasea, dan moluska),” terangnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER