MONITOR, Sigi – Kementerian Pertanian terus mendukung peningkatan produksi padi salah satunya dalam hal pengendalian hama dengan melakukan sosialisai dan Pelatihan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT). Terbaru kelompok tani yang berhasil menerapkan PPHT yaitu Kelompok Tani Kamba Jaya, Desa Sarumana, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Keberhasilan itu terlihat dari hasil panen yang meningkat dari musim tanam sebelumnya 6,8 ton/ha GKP (Gabah Kering Panen) menjadi 7,2 ton/ha GKP pada musim tanam 2022 atau meningkat hampir 6%. Melalui kegiatan ini Petani belajar cara pengamatan agroekosistem pada lahannya, penggambaran agroekosistem, diskusi dan memaparkan hasil analisa dikaitkan dengan pengendalian hama terpadu. Tidak hanya itu, petani juga diberikan pelatihan pembuatan pupuk organik, perbanyakan Agen Pengendali Hayati (APH), dan pestisida nabati oleh POPT dan PPL setempat.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan Mohammad Takdir Mulyadi, menghimbau para petani untuk selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan petugas, baik itu PPL atau POPT di masing-masing wilayah. Selain itu petani diminta untuk meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bermutu.
‘Sekarang ini kesehatan tanah semakin menurun. Sudah saatnya kita melakukan kegiatan budidaya pertanian yang dapat mengembalikan kesehatan tanah kita menjadi subur lagi sehingga tanaman pun akan lebih sehat, lebih kuat dan dapat bertahan dari serangan hama ataupun penyakit. petani harus mampu membuat pupuk sendiri (organik), dan pemupukan sesuai rekomendasi serta berimbang dengan pemakaian pupuk organik dan pupuk biohayati,” ungkap Takdir
Takdir juga menegaskan bahwa penggunaan pupuk organik, pestisida nabati dan APH di lahan petani dapat mengurangidampak negatif bagi lingkungan. Beberapa kegiatan lain yang juga mendorong ke arah penerapan PHT akan terus digenjot. Keberhasilan program PPHT dan program lainnya yang mendukung ke arah ramah lingkungan harus dapat direplikasi di kelompok lain, desa lain, kecamatan lain, dan daerah lainnya.
“Tidak hanya untuk kelompok tani penerima kegiatan saja, namun juga harus bisa ditularkan kepada petani lainnya. Ayo dimasifkan dan direplikasi serta dijaga kontinuitasnya agar penerapan PHT ini bisa semakin luas dan meningkatkan kualitas produk pangan” tambah takdir.
Sementara itu Daniel Sama’a, POPT Kecamatan Palolo, menuturkan bahwa dalam PPHT petani diajarkan bagaimana cara membuat sarana pertanian ramah lingkungan. Kelompok tani ini berhasil membuat pupuk organik sebanyak 2 ton, 10 Kg cendawan Beauveria bassiana, 250 Liter PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobakteri, 80 Liter bakteri Paenibacillus polymyxa dan pestisida nabati Mimba atau Daun Mimba atau Azadirachta indica sebanyak 150 Liter. Selain itu ditanam juga beberapa jenis refugia antara lain jenis kenikir-kenikiran (Asteraceae) dan pacar air (Impatiens balsamina L.)
“Mudah-mudahan dengan kegiatan PPHT ini, petani di Poktan Kamba Jaya mampu secara mandiri menghasilkan pupuk, APH dan pestisida nabati yang ramah lingkungan, (bahannya) mudah diperoleh di sekitar kita,” ujar DAniel.
Senada dengan Daniel, Samsudin sebagai Ketua Kelompok Tani Kamba Jaya merasakan benar manfaat dari bantuan PPHT ini. Menurutnya saat ini pupuk pupuk kimia sulit diperoleh.
“Sekarang ini pupuk kimia sudah langka dan harganya masih tinggi. Musim tanam tahun ini sejak melaksanakan PPHT, kami tidak memakai pupuk kimia dan pestisida kimia. Musim tanam sebelumnya sekitar 4 kali kami memakai pestisida kimia, jadi sekarang selain lebih sehat juga hemat biaya” kata Samsudin
Pada kesempatan lain, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, meminta Jajaran Kementan harus terus bersinergi dengan dinas provinsi dan pemerintah daerah untuk turut serta mengawal dan mendukung agar pembangunan sektor pertanian lebih maju, mandiri dan modern dalam menerapkan pertanian ramah lingkungan yang tahan dalam perubahan iklim yang tidak menentu.
“Mari kita mulai menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti pestisida nabati, APH dan pupuk organik. Bijak menggunakan pupuk dan atur penggunaan air. Kita harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan keamanan pangan kita,” tegas Suwandi
“Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo para petani di seluruh Indonesia untuk meningkatkan penggunaan pupuk sendiri alias pupuk organik, guna membangun pertanian yang sehat. Saat ini krisis pangan sedang melanda dunia, semua menjadi sulit. Belum lagi bahan baku pupuk seperti gugus fosfat yang sebagian besar dikirim dari Ukraina dan Rusia tersendat karena perang keduanya” lanjutnya.
MONITOR, Bekasi - PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) menggelar kegiatan Doa Bersama dan Santunan Anak…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakinkan otoritas Amerika Serikat terkait mutu dan…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…
MONITOR, Jakarta - Koperasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat, telah membuktikan bahwa ekonomi yang kuat dapat…
MONITOR, Banten - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto mengaku kaget…