Rabu, 1 Mei, 2024

Dukung Program IP400, Petani Purbalingga Mulai Panen Benih Varietas Sangat Genjah

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian terus menerapkan banyak terobosan dalam upaya mewujudkan swasembada beras di tengah tantangan perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global, Salah satunya adalah melalui gerakan empat kali tanam dan empat kali panen setahun pada lahan yang sama atau yang lebih kita kenal dengan sebutan IP400. Program IP400 telah digulirkan mulai tahun 2021, dimana pada saat itu Pemerintah mengalokasikan anggaran melalui APBN untuk 10.000 ha, sedangkan tahun ini Pemerintah menyediakan anggaran untuk lebih dari 150.000 ha.

Beberapa waktu lalu Kelompok Tani Ngudi Makmur, Desa Sidakangen, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga melakukan panen padi hasil penangkaran benih padi varietas Cakrabuana seluas 5 ha, Acara panen dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, perwakilan dari UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Jawa Tengah wilayah Banyumas, petugas Balai Penyuluhan Pertanian Kalimanah, Kepala Desa Sidakangen, dan perwakilan PT Saprotan Benih Utama.

Muqoddam, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga mengungkapkan petani di Purbalingga diharapkan melalui kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) bisa mengoptimalkan pemberdayaan petani agar meningkat kapasitasnya, dan bisa membuat benih bermutu untuk wilayah Purbalingga secara mandiri.

“Pengembangan pertanian di Purbalingga secara keseluruhan ke depan difokuskan pada penguatan korporasi kelembagaan petani dan juga kemitraan yang diyakini dapat memperbaiki sistem pertanian dari hulu sampai hilir”. Ungkap Sudaqom

- Advertisement -

Sebagai informasi Kelompoktani Ngudi Makmur ini mendapat bantuan benih dan sarana produksi padi dari kegiatan P3BTP Kementerian Pertanian untuk lahan seluas 5 ha. Kelompok ini bermitra dengan PT. Saprotan Benih Utama selaku offtaker yang akan membeli calon benih padi yang diproduksi. Padi yang termasuk varietas sangat genjah ini ditanam pada tanggal 23 Mei 2022 atau berumur sekitar 90 hari dengan produktivitas ubinan padi berkisar 7,5 ton/ha. Perkiraan calon benih yang dihasilkan sebanyak 5,5 – 6 ton.

Pada kesempatan lain Catur Setiawana Koordinator Pengawasan Mutu Benih Tanaman Pangan, Direktorat Perbenihan, Ditjen TP menjelaskan Kegiatan P3BTP bertujuan untuk memproduksi benih padi guna menyediakan benih secara insitu, sehingga tidak mendatangkan benih dari luar kawasan. Kegiatan ini bersifat padat karya, dengan memberdayakan kelompoktani-kelompoktani yang sebelumnya hanya memproduksi padi untuk konsumsi menjadi memproduksi calon benih. Petani peserta kegiatan akan memperoleh peningkatan pendapatan dari selisih harga calon benih yang lebih tinggi di banding jika menjual harga konsumsi.

“Tujuannya adalah menyiapkan Produsen Benih Padi, yakni bagi kelompok tani yang yang tergabung dalam Gapoktan Bersama yang meliputi wilayah Kabupaten Pulang Pisau dan kabupaten Kapuas, sehingga dapat menghasilkan benih padi yang benar-benar berkualitas” jelas Catur

Sementara itu di hubungi secara terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menyatakan bahwa IP400 ini seharusnya dikembangkan pada lahan sawah irigasi teknis dimana ketersediaan air cukup sepanjang tahun, bukan daerah endemik hama dan penyakit, serta diupayakan pada hamparan sawah dengan kontur lahan cukup seragam. Suwandi juga menerangkan Terkait dengan faktor waktu tanam ini, tentunya membutuhkan benih berumur pendek (kurang dari 104 hari) sehingga dapat mempersingkat waktu tanam dengan produksi yang masih tergolong tinggi. Tercatat beberapa varietas super genjah/sangat genjah yang direkomendasikan antara lain Cakrabuana, Pajajaran, Inpari 19, Inpari 20, Inpari Sidenuk, Inpari 18, Inpari 12, Inpari 13, dan M70D.

“Sesuai dengan arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Program IP400 merupakan upaya dan trobosan meningkatkan produksi padi secara nasional. pola empat kali tanam dan empat kali panen ini faktor waktu sangat menentukan dimana kedisiplinan petani akan menentukan keberhasilan program. tutur Suwandi

“Yang terpenting juga adalah harus hemat air sawah, dari sumur/embung/pompa di lahan kering atau tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian, Integrated farming menuju zero waste, antisipasi dan mitigasi organisme pengganggu tanaman, hilirisasi dan skala kawasan korporasi petani sebagai off taker, serta akses KUR” tutup Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER