Sabtu, 27 April, 2024

Pengeroyokan Terhadap Ade Armando Disebut Contoh Kecil Bahaya Polarisasi di Masyarakat

MONITOR, Jakarta – Sekretaris Jenderal Jokpro 2024, Timothy Ivan Triyono prihatin atas pengeroyokan dan penganiayaan yang menimpa Dosen Universitas Indonesia (UI) sekaligus pegiat media sosial Ade Armando saat demo 11 April di depan Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/4/2022).

Menurutnya, penganiayaan terhadap Ade Armando merupakan contoh kecil dari berbahayanya polarisasi di tengah masyarakat.

Dikatakan, menyatakan pendapat dan memperjuangkan demokrasi itu sesuatu yang sah dan merupakan hak konstitusional warga negara. Namun, tetap harus memperhatikan hak konstitusional dan asasi masyarakat yang lain. Untuk itu, apa pun alasannya, penganiayaan dan pengeroyokan terhadap Ade Armando tidak dapat dibenarkan.

“Hal ini sangat disesalkan ya. Saya prihatin, apa pun alasannya tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan. Menyatakan pendapat dan memperjuangkan demokrasi itu suatu yang sah-sah saja, tetapi tidak dengan main kekerasan gitu dong. Kemarin itu kan katanya aksi damai, tapi kok sampai merugikan hak konstitusional dan HAM Bang AA (Ade Armando),” kata Timothy dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa (12/4).

- Advertisement -

Timothy mengakui berbeda pendapat dengan Ade Armando, terutama terkait wacana jabatan presiden menjadi tiga periode. Namun, Timothy menghormati perbedaaan pendapat tersebut.

Menurut Timoty, pengeroyokan dan penganiayaan yang menimpa Ade Armando merupakan contoh kecil dari yang selama ini dikhawatirkan Jokpro 2024, yakni semakin memburuknya polarisasi di tengah masyarakat.

“Saya pribadi mungkin berbeda pendapat dengan Bang Ade terkait wacana periodesasi jabatan presiden 3 periode. Namun aksi pengeroyokan kemarin, membuktikan apa yang dikhawatirkan Komunitas Jokpro 2024 itu nyata adanya. Kemarin itu baru contoh kecil bahaya dari polarisasi, bagaiamana coba kalau polarisasi seperti itu terjadi pada saat pemilu di seluruh Indonesia?,” ujar Timothy.

Timothy juga menyinggung peristiwa yang terjadi sebelum terjadinya pengeroyokan dan penganiayaan tehadap Ade Armando. Dikatakan, ujaran kebencian dan kekerasan verbal di media sosial saat ini dapat menjelma menjadi kekerasan fisik di dunia nyata.

“Sebelum terjadi pemukulan terhadap Bang Ade itu kan ada sekelompok emak-emak yang melontarkan kalimat-kalimat provokatif. Juga teriakan darah Ade Armando halal untuk dibunuh. Peristiwa yang terjadi kemarin itu kan merupakan bukti nyata bahwa ujaran kebencian dan kekerasan verbal di medsos dapat menjelma menjadi kekerasan fisik di dunia nyata,” lanjut Timothy.

Timothy lantas mengingatkan tujuan hadirnya Jokpro 2024 untuk mencegah polarisasi yang menjelma menjadi kekerasan. Timothy berharap, para elite politik sadar kekhawatiran Jokpro itu nyata dan harus diantisipasi dengan menduetkan Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2024.

“Sejak awal Jokpro ini hadir dan bertujuan untuk mencegah polarisasi ekstrem. Kami berharap ya dengan penuh kerendahan hati, agar elite politik segera sadar bahwa kekhawatiran Jokpro itu nyata dan harus diantisipasi dengan Jokowi 3 periode berpasangan Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Haqqul yaqin saya, jika Jokowi dan Prabowo dipasangkan nanti, akan menjadi solusi yang kemudian Indonesia terhindar dari bahaya laten polarisasi, sebab pasangan Jokowi-Prabowo akan berhadapan dengan kotak kosong,” pungkas Timothy.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER