Jumat, 26 April, 2024

Dorong Kewirausahaan, Rokhmin Dahuri minta ITP2I kembangkan Prodi Ilmu Teknologi Terapan

MONITOR, Pelalawan – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS memberikan Perkuliahan Umum Mahasiswa/i Institut Teknologi Perkebunan Pelalawan Indonesia (ITP2I) dan Politeknik Negeri Padang (PNP) Kelas Pelalawan di Gd Daerah, Area Kantor Bupati Pelalawan, Provinsi Riau, Rabu (16/3/2022).

Pada kesempatan itu, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut mendorong mahasiswa untuk terjun berwirausaha menciptakan lapangan kerja jika kelak lulus dari masa studi di Kampus. Menurutnya, jumlah wirausahawan Indonesia terendah di Asia Tenggara.

“Singapura angkanya 8 persen, artinya jumlah kewirausahaan di negara tersebut mencapai 8 persen dari jumlah penduduk. Disusul Malaysia 5 persen, Thailand 4 persen, dan Indoesia 3,1 persen. Global Entrepreneurship Index, hingga 2019, Indonesia berada di urutan ke-75  dari 137 negara atau peringkat ke-6  di ASEAN,” ujarnya.

Rendahnya jumlah wirausahawan terang Prof Rokhmin membuat produktivitas bangsa Indonesia masih  rendah.  Ini tercermin pada TFP (Total Factor Productivity), yang menggambarkan tingkat produktivitas perekonomian suatu bangsa.

- Advertisement -

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2019, TFP di ASEAN, Singapura di peringkat-1 (1,51) diikuti Malaysia (1,23), Thailand (1,09), Kamboja (0,78), Laos (0,76), dan Indonesia (0,7),” kata Ketua Masyarakat Akuakultur (MAI) itu.

Mengutip data UNCTAD dan UNDP (2021), Rokhmin mengemukakan, implikasi dari rendahnya kualitas SDM, kapasitas riset, kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship adalah proporsi ekspor produk manufaktur berteknologi dan bernilai tambah tinggi hanya 8,1 persen; selebihnya (91,9 persen) berupa komoditas (bahan mentah) atau SDA yang belum diolah.  Sementara, Singapura mencapai 90 persen, Malaysia 52 persen, Vietnam 40 persen, dan Thailand 24 persen. 

“Jika ingin menjadi bangsa maju, adil-makmur, dan berdaulat,  Indonesia harus mampu memproduksi barang dan jasa (goods and services) berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan energi untuk memenuhi kebutuhan nasional  maupun ekspor secara berkelanjutan. Secara potensial, mestinya bangsa Indonesia mampu untuk melakukan hal tersebut,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dosen Kehormatan Mokpo National University itu juga memberikan masukan untuk ITP21 diantaranya pendirian program studi (Prodi) baru: (1) “Agribisnis” dan (2) “Ilmu, Teknologi, dan Manajemen Lingkungan” terutama “Science and Technology of Changing Planet”. 

Kemudian, penambahan Mata Kuliah baru yang wajib diikuti oleh semua Prodi: (1) Teknologi dan Ekonomi Digital (Digitalisasi, IoT, AI, Blockchain, Robotics, Big Data, Cloud Computing, dan Metaverse); (2) Ekonomi Hijau (Green Economy), dan Ekonomi Pancasila.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER