MONITOR, Jakarta – Aksi Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha yang melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke lokasi lintasan sirkuit Formula E di kawasan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, menjadi perhatian dan dicibir sejumlah kalangan.
Tidak terkecuali, Aktivis 98, Agung Nugroho. Ia menilai, apa yang dilakukan Giring itu tidak lebih dari sekedar sensasi sehingga mantan vokalis band Nidji tersebut dianggap lebih cocok menjadi komedian dibanding pimpinan parpol (partai politik).
Seharusnya persoalan ini bisa dilakukan oleh kepala bidang atau departemen di struktur partainya. Ini menunjukan bahwa PSI miskin sumber daya manusia,” kata Agung dalam keterangannya, Kamis (6/1/2022).
Agung melanjutkan, saat mendatangi lokasi sirkuit Formula E, Giring dalam vlog nya lebih mengarah pada black campaign (kampanye hitam) terhadap persiapan Formula E ketimbang mengungkap data secara ilmiah.
Dalam video itu, Giring juga mengaku terperosok ke dalam lumpur sehingga perlu dibantu rekannya.
“Jadi lebih cocok jadi komedian ketimbang ketum Parpol,” ujar Agung yang juga menjadi Ketua Umum Rekan (Rekan) Indonesia ini.
Agung menambahkan, Giring juga terkesan tidak memiliki data valid terkait progres penyelenggaraan Formula E. Hal ini, terlihat ketika Giring menyebut bahwa lokasi tersebut masih berupa tanah berumput dan kambing-kambing berkeliaran.
Hal ini lucu Giring bilang begitu, karena tender saja baru dimulai dan pengerjaan sirkuit baru bulan Februari 2022,” ungkapnya.
Selain itu, Giring sebagai ketua umum Parpol dianggap tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang objek yang dia kritik. Terbukti Giring tidak paham sama sekali bahwa pembangunan sirkuit itu tidak butuh waktu lama.
Dia menyarankan, sebelum membuat vlog seharusnya Giring bisa bertanya dulu kepada panitia terkait pembangunan lintasan supaya memiliki data yang benar dan valid.
Seandainya benar di Ancol penyelenggaraan Formula E, kata dia, bisa saja memang tidak ada pembangunan sirkuit baru namun hanya overlay (penambahan tebal lapis) jalan saja.
Sedangkan untuk pemasangan dinding pengamanan dengan sistem blok modular sehari semalam bisa selesai dikerjakan. Untuk lain-lain seperti pitlane, paddock, tribun dapat dikerjakan pararel.
“Giring harusnya pakai logika, bagaimana mungkin Formula E di Jakarta bisa disetujui FIA jika tidak masuk akal? Apa Giring lebih cerdas dari tim ahli FIA, saya rasa tidak,” pungkasnya.