MONITOR, Belu – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mematok angka produksi jagung di tahun 2022 sebesar 1,2 juta ton. Target tersebut menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli sangat memungkinkan. Pasalnya, selain potensi alam NTT dengan lahan pertaniannya yang luas, Peran dan dukungan Kementerian Pertanian menurutnya sangat kuat.
Lecky menyampaikan bahwa produksi jagung NTT setiap tahun bekisar di angka 750 ribu ton dari lahan 300 hektar.
“Ada sekitar 1,5 juta hektar lahan potensial untuk pengembangan jagung. Potensi inilah yang sedang kita galakkan,” katanya saat meninjau lahan pengembangan jagung di Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu, Rabu, 1 Desember 2021.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan terus mengingatkan kepada pemangku kepentingan pertanian untuk terus meningkatkan produksi melalui penggunaan Alsintan serta teknologi pertanian modern.
Menurut Mentan, penggunaan Alsintan dan teknologi tersebut bukan hanya meningkatkan produksi tapi juga waktu dan tenaga yang dibutuhkankan akan lebih efisien.
Penuturan Lecky, untuk mengolah dan membuka lahan baru pengembangan jagung tersebut, pihkanya didukung penuh oleh Kementerian Pertanian.
“Dukungan alat berat dan Alsintan dari Kementan untuk membuka dan mengolah lahan sangat membantu sekali. Di sektor hulu, ada bantuan traktor roda empat, roda dua, alat tanam, termasuk alat panen juga,” ujarnya.
Bantuan alat tersebut menurut Lecky memangkas durasi waktu produksi menjadi lebih efisien. Mulai dari persiapan hingga panen membutuhkan waktu 4-5 bulan. Ke depan harapannya bisa meningkatkan indeks pertanaman menadi IP 200.
Lebih lanjut, Lecky menjelaskan, saat ini di NTT sedang digalakkan program tanam jagung panen sapi. Sebuah program integrasi antara komoditas tanaman pangan dengan peternakan. Skema ini menurutnya disiapkan untuk menciptakan ketahanan pangan sekaligus ketahanan ekonomi sehingga masalah kemiskinan dapat ditekan dan peningkatan pendapatan dapat diwujudkan.
“Kami tengah berupaya mesosialisasikan program tersebut untuk menciptakan ekosistem hulu sampai dengan hilir. Harapannya, tercipta integrasi produksi yang dinaungi oleh para petani dan off-taker. Produksi dilaksanakan oleh para petani dan sarana produksinya sampai ke pemasaran difasilitasi oleh off-taker dibantu pihak perbankan,” katanya.
Dalam pelaksanaannya telah terinisiasi sebanyak 60 ribu hektar melalui pembiayaan yang berasal dari Kredit Usaha Rakyat, yang dapat menghasilkan 300 ribu sampai dengan 400 ribu ton, dari produktivitas per-hektar minimal sebanyak 7 ton. Sehingga nilai yang akan diraih pada kisaran 500 miliar dari KUR, akan dapat meningkatkan produksi sebanyak 30 sampai 35 persen.
“Dengan nilai kapasitas produksi saat ini sebanyak 750 ribu ton, jika ada penambahan 400 ribu ton, diharapkan pada tahun 2022 NTT memiliki 1,2 juta ton jagung,” imbuhnya.
Direncanakan, tahun depan Industri pakan ternak menurut Lecky akan dibangun di NTT sehingga nantinya dapat menyerap 10 ribu sampai dengan 15 ribu ton produksi jagung.
“Jaminan pasar sudah tersedia. Petani jangan khawatir,” pungkasnya.