Kamis, 25 April, 2024

Tembus Routledge, Dosen UIN Samarinda Sharing Tips Nulis Monograf

MONITOR, Jakarta – Memiliki karya yang mampu menembus penerbit internasional menjadi kebanggaan bagi Alfitri, Dosen UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Ia merupakan peserta penerima bantuan riset dan publikasi internasional Litapdimas dari Kementerian Agama. Naskah bukunya yang berjudul “Islamic Law and Society in Indonesia: Corporate Zakat Norms and Practices in Islamic Banks” akan terbit pada awal tahun 2022 melalui Routledge, sebuah penerbit di Inggris yang memiliki reputasi cukup bergengsi.

Proses yang dijalani Alfitri dalam menerbitkan buku tersebut tidak mudah. Dalam seminar Parallel Session 4 ACRP 2022, ia berbagi tips dan mekanisme penerbitan internasional mulai dari Best Practice ke Routledge. Salah satu tantangan yang dilakukan, yakni berupaya meyakinkan pihak Routledge supaya tertarik untuk menerbitkan naskah bukunya.

“Meskipun ada pendampingan khusus, tetapi penilaian dari Routledge ini sama. Disini kita harus meyakinkan bahwa buku yang kita tulis tujuannya jelas, sehingga pihak Routledge melihat ada yang berbeda buku yang kita tawarkan dengan buku-buku yang beredar di pasaran sebelumnya. Tentu kita harus memberikan gambaran topik utama yang akan kita angkat, dan pemetaannya yang jelas,” terang Alfitri kepada peserta ACRP 2022, Selasa (23/11/2021).

Tantangan lainnya yaitu kemampuan bahasa Inggris dalam menulis buku. Meskipun sebelum naskah diproses pihak penerbit, mereka sudah menyediakan editor bahasa khusus, namun penulis perlu mempersiapkan hal tersebut dengan matang.

- Advertisement -

“Program bantuan Diktis itu betul-betul sangat membantu. Langkah kita dipermudah dengan adanya jalur khusus oleh senior editor, seperti kurator tugasnya yang mendiskusikan tulisan-tulisan yang bagus, memetakan tulisan bersama penulisnya,” tutur Alfitri.

Untuk menuliskan monograf yang baik, Alfitri pun membagikan tips berdasarkan pengalamannya. Pertama, dalam setiap penulisan bab pada naskah monograf harus dipersiapkan abstrak, pendahuluan dan kesimpulan.

Kedua, penulis harus mampu merefleksikan tujuannya mulai dari membuat teori, mempertegas teori yang dikemukakan hingga meninjau aspek yang dapat diteliti. “Naskah yang ditulis berisi pernyataan tujuan yang jelas, tema dan objek utama penelitiannya seperti apa,” jelasnya.

Selanjutnya dalam menuliskan monograf, penulis juga harus melakukan riset strategis yang membahas rencana topik penulisan kedepan, dan belum disajikan dalam naskah buku yang ditulis.

Apabila naskah buku sudah disetujui penerbit, kata Alfitri, langkah selanjutnya membuat indeks, CV, serta sinopsis singkat sekitar tiga paragraf atau 150 – 200 kata yang mendeskripsikan bab dalam buku tersebut.

Terkait seleksi publikasi ilmiah yang diadakan Litapdimas, Alfitri mengingatkan penulis harus merespon cepat setiap masukan, tanggapan serta pertanyaan apapun yang diajukan reviewer. Respon cepat dibutuhkan agar proses selanjutnya dapat berlangsung tanpa hambatan.

“Jika kita masuk tahapan penawaran kontrak dan mempersiapkan naskah buku untuk diproduksi. Nah ini prosesnyaa detail, panduan mempersiapkan naskah produksi itu ada sekitar 70 halaman, ini harus kita ikuti karena panduan yang dipakai penerbit,” pungkasnya.

Seminar Parallel Session 4 bertajuk ‘Tips dan Mekanisme Penerbitan Internasional : Best Practice ke Routledge’ ini merupakan rangkaian dari Annual Conference on Research Proposal (ACRP) 2022. Ada sepuluh seminar parallel dalam kegiatan ini, mulai dari pembahasan kajian moderasi beragama, isu-isu kontempoter hingga publikasi karya intelektual PTKI.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER