MONITOR, Jakarta – Pengurus KONI DKI Jakarta akhirnya menyampaikan permintaan maafnya ketika tak mampu merealisasikan targetnya untuk menjadi juara umum pada PON XX Papua. Kontingen DKI Jakarta harus puas berada di peringkat kedua.
“Kami minta maaf kepada warga Ibukota, karena tidak bisa mewujudkan harapan untuk bisa meraih juara umum di PON XX Papua,” ujar Ketua Chief de Mission (CdM) Kontingen DKI Jakarta, Hidayat Humaid di acara Press Gathering, Gedung KONI, Jakarta Pusat, Kamis (28/10/2021).
Namun demikian, kata Wakil Ketua KONI DKI ini, secara peringkat, posisi skuad ibukota naik dari PON 2016 yang hanya peringkat tiga menjadi posisi kedua.
Dosen UNJ ini memastikan, seluruh atlet DKI Jakarta sudah mengerahkan segenap tenaga dan pikiran di lapangan maupun di luar lapangan.
“Saya bangga dengan hasil yang dicapai kontingen DKI Jakarta. Memang banyak dinamika yang terjadi di lapangan, namun itu bisa menjadi catatan bagi kita semua, bukan hanya kontingen DKI Jakarta tapi semua mengalami,” kata Hidayat.
Dari hasil evaluasi, ungkap Hidayat, kontingen PON DKI Jakarta cukup minim persiapan.
“Jadi, persiapan PON kali ini paling singkat yang dilakukan DKI Jakarta. Biasanya, begitu selesai PON, tahun berikutnya langsung pelatda. Tapi, PON 2021 ini hanya persiapan dua tahun. Mulai 2018 karena sebelumnya ada dualisme pengurus,” ungkapnya.
Akibat adanya dualisme pengurus KONI DKI Jakarta, pembinaan atlet menjadi terdampak. Baru, setelah kepengurusan baru KONI DKI Jakarta pada 2019 dimulai pembinaan secara intensif.
“Baru 2019, ada pembinaan lagi. Dan ini tahunnya pra PON. Makanya target kita meloloskan sebanyak mungkin kepada PON. Targetnya lolos dulu semua ke PON. Alhamdulillah, semua pengprov lolos PON,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Hidayat juga membeberkan alasan lain atas melencengnya target KONI DKI Jakarta pada PON XX Papua.
Menurutnya, karena tidak adanya pembinaan selama dua tahun itu, tidak sedikit atlet potensial binaan KONI DKI Jakarta sebelumnya berpindah ke wilayah lain.
“Atlet potensial kita banyak pindah ke provinsi lain seperti Jatim, Jabar, Papua dan sebagian Jateng. Dari atlet yang pindah, mereka mendapatkan 19 medali emas. Contoh di tenis, sapu bersih 7 emas didapatkan Jatim. Tapi atletnya pindahan dari DKI,” jelasnya.
Hal senada diucapkan Jamron. Sekum KONI DKI Jakarta itu mengaku, kosongnya pembinaan atlet selama dua tahun menjadi kendala utama.
“Kami harus mengejar ketertinggalan dua tahun pembinaan atlet. Alhamdulillah perjuangan cabor, atlet, pelatih dan semua pihak bisa masimal. Kami mohon maaf kepada seluruh warga DKI, Pemprov DKI Jakarta, DPRD DKI dan seluruh pihak karena target tak tercapai,” pungkas Sekretaris CdM DKI Jakarta ini.
MONITOR, Nganjuk - Setelah mengunjungi Daerah Irigasi Siman di pagi hari, Menteri Pekerjaan Umum (PU)…
MONITOR, Jakarta - Timnas Futsal Putri Indonesia berhasil meraih kemenangan gemilang atas Myanmar dengan skor…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal memastikan berita dibukanya lowongan kerja Pendamping…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menyambut terpilihnya calon pimpinan KPK dan…
MONITOR, Jakarta - Isu kemiskinan dan kelaparan menjadi isu yang sama-sama diserukan oleh Ketua DPR…
MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo meminta Pemerintah untuk…