MONITOR, Jakarta – Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, berpendapat elektabilitas bukan kunci mendapatkan tiket pencapresan.
Pasalnya, lanjut dia, sistem politik ada pemberlakuan ambang batas presidential threshold (PT) 20% kemungkinan besar akan menyingkirkan tokoh-tokoh yang tak mendapat dukungan partai yang cukup.
“Sehingga nama-nama yang berseliweran hari ini pada lembaga lembaga survei hanya akan menjadi hiasan di pemberitaan media dan akan hilang bahkan sebelum pestanya dimulai,” kata Pangi.
Dia menekankan, elektabilitas bukan kunci mendapatkan tiket pencapresan, meskipun Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, atau Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tinggi. Tetap saja partai politik lah yang menentukan nama-nama yang diusung.
“Adanya president threshold 20%, elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan, kalau pun iya tapi tidak menjadi faktor mutlak, itu bisa jadi bonus,” pungkas Pangi.
Dengan faktor tersebut, dia memprediksikan akan munculnya tiga poros yang cukup potensial pada Pilpres 2024. Dia menyebut poros pertama yaitu koalisi PDIP- Gerindra-PKB dengan simulasi mengusung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Lalu, poros kedua yaitu koalisi Nasdem-PKS-Demokrat dengan simulasi pasangan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Selanjutnya, poros ketiga yakni koalisi alternatif Golkar-PPP-PAN dengan simulasi pasangan bisa nama antara lain seperti Airlangga Hartarto, Erick Thohir.
“Terlepas dari partai mana yang nanti meminangnya menjadi capres termasuk nama Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil,” ucap dia.