POLITIK

Sederet Pemimpin Perempuan Berpengaruh Pengubah Sejarah

MONITOR, Jakarta – Sosok perempuan berikut ini masuk dalam tokoh yang mengubah pusaran sejarah. Mereka bekerja keras, membuktikan diri di panggung politik dan memenangkan kepercayaan rakyat.

Para pemimpin perempuan ini mengubah wajah bangsa dan meningkatkan pengakuan terhadap kepemimpinan kaum perempuan. Mereka juga menjadi pelopor yang membuktikan bahwa perempuan mampu menjalankan peran penting dalam membentuk sejarah suatu bangsa. Berikut di antaranya:

Margaret Thatcher

Perdana Menteri perempuan pertama Inggris ini terkenal dengan sebutan “The Iron Lady”. Julukan ini dipopulerkan pertama kali oleh seorang jurnalis asal Soviet (Sekarang Rusia), karena gaya kepemimpinannya dan kehidupan politiknya yang tak kenal kompromi.

Panggilan tersebut bahkan menjadi judul film Hollywood yang menceritakan perjalanan Thatcher menuju puncak kepemimpinan Inggris hingga akhirnya mundur pada 1990.

Perempuan bernama lengkap Margaret Hilda Thatcher ini menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris terlama, yakni sejak tahun 1979 hingga 1990 dan merupakan Pemimpin Partai Konservatif. Sebagai Perdana Menteri, Margaret juga menerapkan kebijakan yang dikenal sebagai Thatcherism. Sepanjang kepemimpinannya, Thatcher kerap menimbulkan pro dan kontra.

Vigdis Finnbogadottir

Tahun 1980 merupakan tahun bersejarah bagi dunia ketika seorang perempuan terpilih menjadi presiden melalui pemilihan umum nasional. Adalah Vigdis Finnbogadottir, perempuan asal Islandia yang terpilih sebagai presiden pada 1 Agustus 1980.

Vigdis, sebutannya oleh warga Islandia, menjabat menjadi presiden Islandia hingga tahun 1996. Dia terpilih sebagai presiden wanita Islandia pada 1980 dengan 33,6% suara nasional, melebihi tiga lawan laki-lakinya.

Selama 16 tahun berturut-turut, mantan guru dan sutradara teater itu menjabat
sebagai presiden Islandia, melalui 3 pemilihan ulang, yaitu pada 1984, 1988, dan
1992, sebelum pensiun pada 1996.

Meskipun kepresidenan Islandia sebagian besar merupakan posisi seremonial, dia mengambil peran aktif dalam mempromosikan negara sebagai duta budaya. Prinsipnya yang terkenal sampai saat ini adalah “Jika ada yang bisa menyelamatkan dunia, perempuan bisa”.

Benazir Bhutto

Benazir Bhutto merupakan perdana menteri perempuan pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di dunia. Dia membantu membawa keluar Pakistan dari kediktatoran menuju negara demokrasi. Dia pun terpilih menjadi Perdana Menteri pada tahun 1988.

Dia berusaha untuk melaksanakan reformasi sosial, dalam membantu perempuan khususnya serta memerangi kemiskinan. Sayangnya, dia akhirnya meninggal pada 2007 karena dibunuh.

Indira Gandhi

Indira Gandhi pernah menjabat sebagai Perdana Menteri India. Sosok Indira Gandhi sangat populer kala itu. Namun sayangnya, dia dibunuh oleh dua pengawalnya sendiri masing-masing bernama Satwant Singh dan Beant Singh pada 31 Oktober 1984 di New Delhi, India. Keduanya membunuh Indira Gandhi sebagai bentuk balas dendam terhadap serangan militer di Harmandir Sahib selama Operasi Blue Star.

Jacinda Ardern

Jacinda Ardern kini menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru. Perempuan yang baru berusia 37 tahun ini pun tak pelak menjadi perhatian dunia. Dia bahkan masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh versi Time Jacinda Ardern dipuji secara internasional atas penanganan terhadap aksi teroris di Christchurch, Selandia Baru pada 15 Maret 2019. Ardern dinilai sebagai figur pemimpin dengan rasa empati tinggi.

Dia sempat menyatakan sebuah kalimat yang membela umat muslim di negaranya. Bahkan dikutip oleh banyak warganet termasuk Hillary Clinton, mantan kandidat Presiden AS. Arder merupakan perdana menteri termuda dalam lebih dari satu abad. Ia pun menduduki posisi kepala pemerintahan mulai 26 Oktober 2017.

Dia juga dikenal sosok yang tidak pernah takut untuk berbicara tentang diskriminasi
perempuan. Arden menentang perlakuan tidak adil yang dihadapi oleh sejumlah koleganya, sesama politikus perempuan.

Samia Suluhu Hassan

Tahun 2021 ini, akhirnya Tanzania memiliki presiden perempuan pertama. Samia Suluhu Hassan resmi menggantikan posisi posisi Presiden Tanzania, John Magufuli pada Jumat, 19 Maret 2021.

Perempuan yang sebelumnya menduduki posisi sebagai Wakil Presiden ini menggantikan kedudukan John Magufuli yang meninggal dunia karena penyakit jantung. Berbeda dengan Magufuli, perempuan kelahiran tanggal 27 Januari 1960 ini memiliki gaya kepemimpinan yang lebih humanis. Sebelumnya, Tanzania sangat tidak mempercayai Covid-19.

Presiden sebelumnya, John Magufuli menganggap bahwa vaksin adalah konspirasi Barat, sehingga banyak orang Tanzania yang ikut tidak percaya adanya Covid-19. Hal ini membuat rakyatnya tak mendapat vaksinasi.

Setelah kekuasaan dipegang oleh Samia, dia justru mendorong vaksinasi Covid-19. Pada tanggal 28 Juli 2021, Presiden Samia mendapatkan vaksin pertamanya. Dia pun mendesak semua warga Tanzania untuk divaksinasi dan mengatakan negara itu akan mendapatkan lebih banyak dosis.

Recent Posts

Prabowo Beri Perhatian Penuh Pendidikan Pesantren!

MONITOR, Jakarta - Presiden Prabowo Subiyanto memberi perhatian penuh pembangunan pendidikan di pondok pesantren dan…

12 menit yang lalu

Pandangan Islam; Memilih Pemimpin adalah Kewajiban

MONITOR, Lebak - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lebak, KH. Asep Saefullah mengajak…

2 jam yang lalu

PT Jasamarga Transjawa Tol Gelar Doa Bersama dan Santunan Anak Yatim

MONITOR, Bekasi - PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) menggelar kegiatan Doa Bersama dan Santunan Anak…

10 jam yang lalu

KKP Pastikan Produk Perikanan Penuhi Standar Mutu Ekspor AS

MONITOR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meyakinkan otoritas Amerika Serikat terkait mutu dan…

12 jam yang lalu

Gubernur Bengkulu di OTT, DPR: KPK Jangan Jadi Alat Politik Jelang Pilkada

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…

13 jam yang lalu

Puan: Guru Pahlawan Penjaga Nyala Pelita Masa Depan Bangsa

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…

14 jam yang lalu