Kamis, 25 April, 2024

Traceablity Tingkatkan Kualitas Porang

MONITOR, Jakarta – Porang merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada kue, roti, es krim, dan sirup. Potensi porang di pasar internasional semakin besar, beberapa negara tujuan ekspor porang dari Jawa Timur seperti seperti Tiongkok, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.

Baru-baru ini muncul isu dan permasalahan ekspor produk pangan pertanian terutama porang dari Indonesia yang tidak dapat memasuki pasar internasional. Isu ini terlepas dari apapun penyebabnya, perlu diatasi dengan langkah teknis yang strategis untuk menghilangkan faktor minus dari ekosistem ekspor pangan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan kualitas produk porang dan olahanya di setiap proses yang dilalui.

Artinya, semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok akan memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap output produk akhir. Setiap kecacatan dalam rantai pasok akan dapat diketahui, sehingga akan lebih mudah dalam meningkatkan kredibilitas produk porang dan olahan dari Indonesia.

Akademisi UGM, Bayu Dwi Apri dalam Webinar Bimtek Propaktani Epidose ke 115 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bersama KOPITU yang ditayangkan secara langsung di kanal Youtube Propraktani TV (24/9) menyebutkan bahwa salah satu komponen utama yang terintergrasi dalam jaminan keamanan pangan adalah kemampuan traceability akan asal-usul dan riwayat bahan makanan.

- Advertisement -

Dengan diketahui asal-usul dan rantai produksi komoditas pertanian maka semakin jelas bagi konsumen untuk pemenuhan jaminan keamanan pangan baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri.

“Traceability sangat penting dalam rangkaian supplai chain komoditas porang karena dapat mengurangi resiko ekonomi apabila terjadi recall oleh pihak buyer serta tracing produk lebih mudah. Selain itu, terlihat jelas data mengenai asal usul produk dan dapat meningkatkan efektifitas kegiatan sertifikasi dalam memenuhi syarat ekspor dan inspeksi,” tambah Bayu.

Senada dengan Bayu, dalam acara yang sama Presiden Perhimpunan Indonesia NSW Rudolf Wirawan mengatakan, traceability merupakan kemampuan untuk melakukan penelurusan mengenai informasi produk yang dimulai dari pertanaman atau farm hingga sampai ke tangan konsumen.

“Tracing dapat dilakukan dengan melakukan tagging secara digital sehingga dapat diketahui setiap proses yang dilalui produk pertanian tersebut secara online dan real time,” beber Rudolf.

Pada kesempatan terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi yabg juga menjadi keynote speaker mengatakan, sangat mengapresiasi dan mendukung adanya platform yang membahas tentang traceability ini.

“Selama ini memang inilah yang sangat dibutuhkan bagi para petani maupun pelaku industri berbahan baku porang. Berbagai negara telah menerapkan traceability sebagai standar rantai pasok pangan mulai tahun 2000 awal. Terutama dengan adanya teknologi Blockchain, tentu akan sangat membantu dalam mengidentifikasi titik permasalahan dalam sebuah rantai pasok,” ujarnya.

Semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok akan memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap output produk akhir. Setiap kecacatan dalam rantai pasok akan dapat diketahui, sehingga akan lebih mudah dalam meningkatkan kredibilitas produk porang dan olahan dari Indonesia untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan di negara tujuan ekspor.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian RI, bahwa pengembangan porang harus berskala ekonomi dengan pendekatan keterpaduan hulu, onfarm, hilir (industri pengolahan) dan pasarnya, didukung oleh kelembagaan yang kuat dan sumber permodalan,” tandas Suwandi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER