PEMERINTAHAN

Kendalikan Bakteri Resisten Antibiotik, Kementan Tingkatkan Pengawasan Obat Hewan

MONITOR, Jakarta – Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, Nasrullah menegaskan bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian resistensi antimikroba terus dilakukan oleh pihaknya. Pernyataan tersebut dilontarkan Nasrullah dalam rangka menyikapi adanya pemberitaan tentang adanya temuan bakteri resisten antibiotik tertentu pada sampel produk ayam di beberapa lokasi.

“Pemerintah Indonesia telah menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (AMR) lintas sektor sejak tahun 2017,” ungkap Nasrullah (17/07).

Menurutnya, ancaman AMR tidak bisa dihindari dan dapat terjadi secara alamiah. Saat ini semua negara, termasuk Indonesia terus berupaya untuk dapat memperlambat laju perkembangan resistensi antimikroba yang sedang terjadi akibat dari penggunaan yang tidak bijak, berlebihan, dan tidak mengikuti aturan.

“Langkah penting yang telah kita lakukan adalah dengan membuat Peraturan Menteri Pertanian No. 14 Tahun 2017 yang secara tegas melarang penggunaan antibiotik untuk tujuan pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter/AGP),” tambah Nasrullah.  

Hal tersebut dilakukan Kementan untuk mencegah adanya residu dan gangguan kesehatan bagi manusia, serta mencegah timbulnya bakteri resisten antibiotik.

“Baru-baru ini, pengawasan itu kita perkuat lagi dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 16 Tahun 2021 tentang Kajian Lapang dan Pengawasan Obat Hewan,” imbuhnya.

Aturan baru tersebut menurut Nasrullah sangat tegas mengatur bahwa antibiotik sebagai obat keras hanya bisa dipakai dengan resep dokter hewan, dan digunakan di bawah pengawasan dokter hewan, bahkan melarang penggunaan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya dikonsumsi manusia.

Lanjut dijelaskannya, antibiotik yang beredar di Indonesia telah terdaftar di Kementerian Pertanian, sehingga dapat dipastikan keamanan, khasiat, dan mutunya.

“Semua aturan tersebut telah kita sosialisasikan, diskusikan, bahkan kita latihkan ke semua pemangku kepentingan terkait. Ini dilakukan untuk memastikan pemahaman juga pelaksanaan di lapang,” jelas Nasrullah.

Dalam implementasinya sendiri, Kementan bersama petugas dari dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan serta pemangku kepentingan terjun langsung melakukan pengawasan di lapang.

“Apabila ada penyimpangan dan pelanggaran, selain dibina, kita bisa juga secara tegas menerapkan sanksi sesuai  peraturan perundangan. Jadi jangan ragu, segera laporkan saja ke kami ke WA 082288887076 dan email keswan@pertanian.go.id,” tegas Nasrullah.

Surveilans Bakteri Resisten Antibiotik

Ditjen PKH menurut Nasrullah, telah rutin melakukan pengawasan terhadap penggunaan antimikroba dan memantau perkembangan pola resistensi antimikroba yang terjadi, khususnya di sektor perunggasan.

“Hasil selama ini menunjukkan bahwa sebagian besar antimikroba yang tidak digunakan di sektor peternakan memperlihatkan jumlah isolat yang resistensi lebih kecil dibanding yang peka,” tambahnya.

Nasrullah kemudian menjelaskan bahwa kontaminasi bakteri pada daging ayam, dapat terjadi di sepanjang rantai produksi ayam pedaging, mulai dari peternakan, rumah potong unggas (RPU), tempat penjajaan, tempat penjualan hingga tempat pengolahan baik skala rumah tangga dan unit usaha.

“Dalam rangka penjaminan keamanan dan mutu produk hewan tersebut, kita terapkan sertifikasi Nomor kontrol veteriner (NKV) pada unit usaha produk hewan, mulai dari unit usaha RPU sampai pengolahan untuk ayam pedaging,” imbuh Nasrullah.

Lanjut diterangkannya bahwa permasalahan AMR sangatkah kompleks. Untuk  itu dibutuhkan kerjasama yang sinergis dan harmonis oleh seluruh pemangku kepentingan terkait serta komitmen semua pihak, khususnya sektor usaha budidaya perunggasan untuk selalu mematuhi aturan regulasi yang ada.

“Kami selalu terbuka terhadap berbagai masukan yang dapat memperkuat pencegahan dan pengendalian AMR di sektor peternakan dan kesehatan hewan. Saya juga mengajak masyarakat untuk tidak takut mengkonsumsi daging ayam untuk memenuhi kebutuhan protein dan meningkatkan imunitas di masa pandemi ini,”pungkasnya.

Recent Posts

Kementerian Imipas Kirim Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

MONITOR, Jakarta - Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kementerian Imipas) menyerahkan bantuan untuk pengungsi erupsi Gunung Lewotobi di Lembata,…

1 menit yang lalu

DPR Minta Negara Global Patuhi Pengadilan Internasional yang Keluarkan Surat Penangkapan PM Israel

MONITOR, Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) mengeluarkan surat penangkapan bagi…

1 jam yang lalu

HGN 2024, Prof Rokhmin Beri Apresiasi Para Pahlawan Tanda Jasa

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin…

1 jam yang lalu

Pemuda Muhammadiyah Dorong Penguatan Perlindungan Hukum bagi Pekerja Migran Melalui Revisi UU Perlindungan PMI

MONITOR, Jakarta - Perlindungan hukum bagi pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi perhatian penting di tengah…

2 jam yang lalu

JPPI: Guru Madrasah Jangan Dipandang Sebelah Mata, Dibutuhkan Satu Sistem Tata Kelola Guru

MONITOR, Jakarta - Pada momentum hari guru nasional 2024, JPPI merasa penting untuk menyoroti secara…

2 jam yang lalu

Menag RI dan Menhaj Saudi Bertemu di Masjidil Haram, Bahas Haji dan Pemberdayaan Umat

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar bertemu dengan Menteri Haji dan Umrah Arab…

2 jam yang lalu