INDUSTRI

Kemenperin Dorong Strategi Pemenuhan Bahan Baku IKM

MONITOR, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan dukungan para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) agar makin produktif dan berdaya saing. Dengan memahami potensi sekaligus tantangan IKM, sekaligus keterlibatan pihak-pihak yang dapat memberikan dukungan, program bimbingan dan fasilitasi terhadap IKM dapat disusun dengan strategis.

Untuk itu, pada Senin (12/7), Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin menggelar Focus Group Discussion secara daring dengan tema Peluang Pasar dalam Negeri dan Ekspor Produk IKM Pangan di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini diharapkan dapat memacu IKM supaya bisa memasok kebutuhan pasar lokal dan global.

“FGD ini untuk menjabarkan seberapa besar potensi pasar yang bisa diraup pelaku IKM, dan sejumlah tantangan yang harus dihadapi IKM belakangan ini,”terang Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (13/7).

Diskusi tersebut dihadiri secara virtual oleh Asisten Deputi Pengembangan Kawasan dan Rantai Pasok Kementerian Koperasi dan UKM Ari Anindya Hartika, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Drajat Irawan, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, serta Ketua Forum IKM Jawa Timur M. Oskar.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas IKM adalah mempermudah pemenuhan kebutuhan bahan baku atau penolong dari pasar luar negeri dengan menyiapkan pusat penyedia bahan baku. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian, sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, importasi untuk IKM yang tidak dapat melaksanakan importasi sendiri dapat dilakukan oleh Pusat Penyedia Bahan Baku atau Bahan Penolong yang memiliki Angka Pengenal Importir Umum (API-U). Impor dibuktikan dengan kontrak pemesanan dari IKM yang dimaksud.

Dirjen IKMA mengungkapkan, pemerintah berusaha menjamin ketersediaan bahan baku selama setahun, agar tidak menjadi hambatan dalam proses produksi. Alasan ini pula yang mendasari Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 Tahun 2021 mengenai Jaminan Ketersediaan Bahan Baku Industri Gula dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional.

Menurut Gati, Ditjen IKMA Kemenperin selalu berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kemenkop UKM, serta asosiasi untuk memantau kebutuhan gula bagi IKM yang harus menggunakan gula rafinasi. Supaya semuanya dapat tercukupi dengan baik, ujarnya.

Ketua GAPMMI Adhi Lukman mengatakan kebutuhan bahan baku gula untuk IKM pangan termasuk industri makanan dan minuman di Jawa Timur terjamin aman hingga akhir tahun. “Industri Kecil Menengah yang kesulitan mendapatkan bahan baku gula dapat berkoordinasi dengan tim GAPMMI agar produksi tetap lancar. Industri gula rafinasi menyatakan sanggup memenuhi seluruh permintaan industri,” tuturnya.

Adhi juga mendorong IKM pangan Indonesia agar segera menangkap peluang pasar dengan meningkatkan kualitas produk. Saat ini semakin banyak IKM yang berubah untuk memenuhi standar regulasi, dan mulai memproduksi makanan yang menyehatkan, jelasnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur Drajat Irawan mengatakan timnya terus mendorong IKM agar memanfaatkan peluang dalam program substitusi impor yang dinisiasi pemerintah.

Drajat mengakui, penyumbang ekspor terbesar dalam neraca perdagangan Jawa Timur adalah industri makanan, khususnya di sektor daging dan ikan olahan, kakao, olahan tepung, beragam minuman, serta gula dan kembang gula. Ekspor komoditas hasil industri kami terbesar kedua di Indonesia, setelah Jawa Barat, ujarnya.

Belakangan, Pemprov Jatim juga menyiapkan terobosan agar Jawa Timur mampu menjadi sentra halal melalui Kawasan Industri Halal. Saat ini, hanya 2.000 IKM Jawa Timur yang telah mengantongi sertifikasi halal. Drajat berharap lebih banyak IKM yang tersertifikasi untuk mendorong perkembangan industri pangan Tanah Air. “Kalau kita punya 13 halal center, yang terangkat pasti industri makanan dan minuman,”kata Drajat.

Recent Posts

UT Medan dan Nias Selatan Resmikan Kerja Sama Peningkatan SDM

MONITOR, Nias Selatan - Universitas Terbuka (UT) Medan kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan pendidikan tinggi…

3 jam yang lalu

Dosen Fakultas Syariah UID Sukses Angkat UMKM Fashion Lokal Syasaba ke Panggung Nasional

MONITOR, Depok - Salah satu dosen tetap Fakultas Syariah Universitas Islam Depok (UID), Su’ud Alwi,…

5 jam yang lalu

DPR Soal Polemik Perkosaan Massal di 98, Jangan Hapus Tragedi Kemanusiaan yang Nyata

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian menanggapi pernyataan kontroversial Menteri…

5 jam yang lalu

Ratusan Koper Milik Jemaah Tergeletak, Petugas: Ada Masalah Dibongkar Termasuk Air Zamzam

MONITOR, Makkah - Ratusan koper tampak tergeletak di gudang yang cukup besar di daerah Jumum,…

7 jam yang lalu

Puan Minta Pemerintah Prioritaskan Keselamatan WNI di Iran dan Israel, Serukan Perang Dihentikan!

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta Pemerintah terus memantau dan memastikan keselamatan…

17 jam yang lalu

DPR Kritisi Usulan Pajak Tinggi Rumah Tapak, Makin Banyak yang Tak Bisa Beli Hunian Pribadi

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri merespons kritis usulan…

20 jam yang lalu