Rabu, 24 April, 2024

Epidemiologi UI Minta Pemerintah Perkuat 3T Tangani Covid-19

MONITOR, Jakarta – Pakar epidemiologi dari FKM UI, Pandu Riono, mengatakan pandemi Covid-19 bisa berubah menjadi endemi. Oleh karenanya dalam penanganannya diperlukan strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta antisipasi jangka menengah dan panjang.

“Karena, seperti diketahui, vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian walaupun tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan,”ujarnya.

Untuk itu, menurutnya pemerintah harus memperkuat 3T (Testing, Tracing, Treatment) agar dapat mengendalikan pandemi ini. Namun, masyarakat juga harus terbiasa untuk mampu menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat dengan kebiasaan 5M agar siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi Covid-19.

Dikatakanya, dari survei serologi yang dilakukan Tim Pandemi FKM UI, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia di Ibukota terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi COVID-19, terbanyak pada usia 30-49 tahun. Infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi (47,9%) dan kelompok yang belum kawin lebih rendah risiko terinfeksi (39,8%).

- Advertisement -

“Survei ini secara spesifik ingin mengukur proporsi warga Jakarta yang memiliki antibodi terhadap Covid-19,”terangnya.

Dalam survei teesebut menyebutkan, penduduk di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi COVID-19 (48,4%). Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan (52,9%) dan obesitas (51,6%). Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.

Ia juga menjelaskan, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi adalah sebesar 44,5% dengan estimasi warga yang pernah terinfeksi adalah 4.717.000 dari total penduduk Jakarta sebanyak 10.600.000 orang. Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi, hanya 8,1% yang terkonfirmasi. Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala.

“Kekebalan komunal di Jakarta akan lebih sulit tercapai karena Jakarta adalah kota terbuka dengan mobilitas intra dan antar wilayah yang tinggi. Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus,”pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER