MONITOR, Lembang – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengharapkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) perbibitan nasional dapat dibangun di setiap pulau di Indonesia, termasuk wilayah Indonesia Timur seperti di Pulau Sulawesi dan Papua yang potensial untuk pengembangan sapi.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah saat menyambut kunjungan kerja spesifik Komisi IV DPR RI di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang (5/6).
“Jika UPT perbibitan dapat dibangun di wilayah tersebut, kami berharap penyediaan bibit sapi dapat berkelanjutan karena wilayah Indonesia Timur memiliki potensi lahan dan pakan yang sangat mendukung agar sapi dapat berkembang dengan baik” ungkapnya.
Saat ini 10 UPT Perbibitan dibawah Ditjen PKH baru terwakili di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Lebih lanjut, Nasrullah juga meminta dukungan dari Komisi IV DPR RI dalam penguatan infrastruktur dan penambahan nilai asset UPT, mengingat UPT Perbibitan adalah salah satu sarana untuk mencapai kemandirian penyediaan bibit nasional dalam rangka peningkatan populasi dan produksi daging nasional.
Peran Penting UPT Perbibitan Dukung Program SIKOMANDAN
Nasrullah juga menyampaikan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, terkait pembangunan kinerja Peternakan dan Kesehatan Hewan pada periode 2020 sampai 2024 yakni peningkatan produksi daging dan peningkatan ekspor.
Ia menjelaskan peningkatan produksi daging ditargetkan akan dipenuhi dari beberapa komoditas, seperti sapi potong, kerbau, kambing, domba, itik, ayam dan babi. Targetnya pada tahun 2022 mencapai 4,59 juta ton.
Sedangkan peningkatan ekspor akan diarahkan untuk hewan hidup, produk pangan segar dan olahan, sarang burung walet (SBW), produk non pangan, obat hewan, benih dan bibit dengan target pada tahun 2022 bisa sebanyak 376 ribu ton
Ia pun menambahkan, pembangunan Ditjen PKH ini akan mempertimbangkan defisit kebutuhan produksi daging sapi yang masih dipenuhi dari impor. Maka selama periode tahun 2020-2024, prioritas komoditas yang akan diintervensi secara khusus adalah komoditas sapi potong dan kerbau.
Untuk itu, dalam rangka mendorong peningkatan populasi dan produktifitas sapi dan kerbau, pemerintah telah menetapkan Program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) melalui Permentan No 17 Tahun 2020, yang salah satu kegiatan prioritasnya adalah Optimalisasi Reproduksi.
Optimalisasi Reproduksi melalui inseminasi buatan secara massal telah dilaksanakan sejak tahun 2017 di 34 provinsi dan telah berkontribusi positif terhadap peningkatan populasi dan produksi daging nasional.
Dari rata-rata intervensi 3,4 juta akseptor per tahun 2017-2021 telah dihasilkan kelahiran sebanyak 8,03 juta ekor, setara dengan 48, 24 Triliyun Rupiah atau rata-rata kelahiran 1,6 juta ekor per tahun setara dengan 9, 64 Triliyun Rupiah per tahun.
Kemudian, jika dilihat dari tren produksi selama periode yang sama juga mengalami peningkatan terlihat dari baseline produksi tahun 2017 sebesar 394 ribu ton, pada tahun 2018 naik sebesar 1,48 %, pada tahun 2019 naik sebesar 1,2% dan pada tahun 2020 naik sebesar 2,06% atau produksi daging mencapai sebesar 412,9 ribu ton.
Dalam mendukung program SIKOMANDAN, produksi semen sapi/kerbau nasional (BIB Lembang dan BBIB Singosari) selama periode tahun 2017-2020 sebesar 22.883.962 dosis. Sedangkan pada tahun Tahun 2021, BIB Lembang menargetkan produksi semen sapi sebesar 2.325.000 dosis dan BBIB Singosari sebesar 3.100.000 dosis. Sehingga total target nasional 5.425.000 dosis, dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semen beku kegiatan Sikomandan 2021 dengan target akseptor sebanyak 4 juta ekor.
“Melalui keberadaan Balai Inseminasi Buatan ini, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan semen beku sapi secara mandiri,” ucap Nasrullah
Terhitung sejak berdiri di tahun 1976 sampai Bulan Mei 2021, BIB Lembang telah memproduksi 50.129.943 dosis semen beku dan mendistribusikan 48.112.263 dosis semen beku ke seluruh provinsi di Indonesia termasuk di dalamnya ekspor ke Malaysia pada tahun 2016 sebanyak 1.600 dosis dan ekspor ke Madagaskar pada tahun 2018 sebanyak 2.000 dosis.
Dalam perkembangannya, BIB nasional (BIB Lembang dan BBIB Singosari) telah ditetapkan sebagai instansi pemerintah yang menetapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum (BLU).
Hal ini membuat kedua BIB tersebut akan berevolusi dalam pelayanannya di sektor peternakan. Salah satunya adalah meningkatkan produksi semen beku bersertifikat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
‘Untuk itu, pengembangannya sebagai produsen Semen Beku Nasional, diharapkan dapat memenuhi pasar internasional melalui ekspor semen beku dan sekaligus sebagai pembina teknis bagi BIB daerah untuk menghasilkan semen beku,” tutup Nasrullah.
Dalam kunjungan kerja tersebut, rombongan Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Sudin berkesempatan untuk melihat ternak-ternak yang ada di BIB Lembang. Ternak yang dipelihara di BIB Lembang merupakan pejantan bersertifikat yang merupakan hasil seleksi dan Uji yaitu Uji Zuriat pada sapi perah, dan Uji Performa pada sapi potong, serta secara rutin melaksanakan replacement (peremajaan) agar dapat menghasilkan pejantan yang produktif.
Jenis ternak yang ada saat ini adalah sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing dan domba unggul. Adapun alokasi kebun rumput seluas 22.45 hektar digunakan untuk penanaman rumput gajah, rumput odot dan rumput Afrika (African star grass) serta penanaman legume perdu dan pohon sebagai sumber protein atau green concentrate.
BIB Lembang juga sedang mengembangkan konsep Agro Edu Wisata sebagai wadah untuk mengedukasi masyarakat sekaligus meningkatkan pertumbuhan sosial dan ekonomi daerah.
Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin memastikan akan terus mendorong komitmen kinerja pembangunan peternakan, utamanya dalam kemandirian penyediaan bibit nasional, peningkatan populasi dan produksi daging nasional dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani.
“Kunjungan kami ini agar dapat melihat secara langsung sekaligus mendapatkan informasi aspek terkait pembangunan peternakan baik dari segi perkembangan teknologi Inseminasi Buatan (IB), manajemen pemeliharaan, produksi, distribusi semen beku dan lainnya,” kata Sudin.
Ia meminta, ke depannya juga agar lebih diperbanyak kegiatan pelatihan, seperti bimbingan teknis supaya kompetensi sumber daya manusia peternak lebih meningkat dan kinerja peternakan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, ia menilai diperlukan juga kerja sama yang baik dengan BPTP untuk penyediaan bibit. Di samping ada beberapa aspek yang juga perlu ditingkatkan seperti peningkatan domba/kambing, penguatan Infrastruktur UPT, dan penguatan serta penyediaan pakan ternak khusus untuk peternak.
“Lalu berdikari harus mempunyai peran penting dalam penyediaan pangan andal ternak. Intinya tingkatkan kinerja PKH, lakukan upaya terobosan,” tandas Sudin.