PERTANIAN

Pentingnya Strategi Promosi Pangan Hewani ASUH Melalui KIE

MONITOR, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) mengajak stakeholder bersinergi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan keamanan produk hewan serta promosi konsumsi pangan hewani.

Melalui harmonisasi peran dan kerja sama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta/Pelaku Usaha, Asosiasi, Masyarakat/Profesi, Media dan Stakeholder terkait lainnya diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat.

“Kita semua harus bekerjasama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terkait Penjaminan Pangan Asal Hewan (PAH) yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) bagi masyarakat,” ujar Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma’arif dalam acara FGD Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) melibatkan Partisipasi Stakeholder.

Ia menjelaskan, berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan menyebutkan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan di antaranya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu dan bergizi untuk konsumsi masyarakat.

Salah satu strategi dalam pencapaian peningkatan pemahaman masyarakat terkait produk hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) melalui Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

“Pada FGD ini, Ditjen PKH membutuhkan dukungan stakeholder untuk mendiskusikan bentuk strategi komunikasi yang tepat dalam upaya pelaksanaan KIE masyarakat/pendidikan konsumen,” ucap Syamsul.

Ia pun memastikan Kementan terus mendorong pemenuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal ini dilakukan dengan terus mengupayakan peningkatan produksi ternak serta memberikan berbagai pilihan protein hewani bagi masyarakat.

Pasalnya, pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani yang kaya akan asam amino esensial yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan optimal. Pemberian protein hewani tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal, setidaknya ada empat sumber protein hewani yang baik dikonsumsi dan mudah didapat seperti susu, telur, ikan dan daging ayam.

Symasul menambahkan, oleh karena itu upaya-upaya stabilisasi keseimbangan antara produksi dan konsumsi, harus didukung dengan upaya komunikasi, edukasi, informasi dan promosi kepada masyarakat melalui pemberdayaan peran serta stakeholders, khususnya di sektor peternakan.

“Apalagi pada era revolusi industri 4.0, kecepatan penyebaran informasi menjadi semakin cepat, tentunya memberikan dampak dan tantangan yang juga semakin komplek dalam hal pengawasan serta penjaminan keamanan dan mutu pangan segar asal hewan bagi masyarakat,” papar dia.

Selain itu, banyaknya terjadi disinformasi atau hoax yang mudah viral di dunia maya bisa menyebabkan kepanikan masyarakat dan akan berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat. Bahkan pada tahun 2018, Kementerian Komunikasi dan Informatika pernah merilis 10 konten hoax paling berdampak di tahun 2018 dan pada peringkat keenam diisi dengan pemberitaan hoax terkait telur palsu.

Menurutnya, identifikasi pesan kunci dan sasaran serta media komunikasi merupakan hal yang penting untuk penyampaian informasi, terutama yang berkaitan dengan pangan asal Hewan ASUH yang dilakukan oleh Kementan, khususnya Ditjen PKH. Untuk itu, perlu dipastikan setiap individu masyarakat mendapatkan informasi yang benar melalui metoda komunikasi dan pesan kunci yang tepat.

“Ke depan, diharapkan melalui bentuk strategi KIE yang terstruktur terprogram dan terintegrasi dengan melibatkan semua stakeholder semakin banyak masyarakat yang sadar dan memiliki pengetahuan yang baik tentang pangan asal hewan yang ASUH,” tutur Syamsul.

Acara Focus Group Discussion (FGD) Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi melibatkan Partisipasi Stakeholder diselenggarakan oleh Kementan pada di Hotel Savero Depok yang dihadiri oleh 30 orang peserta yang berasal dari perwakilan Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jabodetabek; Perguruan Tinggi : FKH IPB, FKM UI, SEAMEO BIOTROP; Asosiasi Pelaku Usaha : APRINDO, APPHI, ASPIDI, GAPMMI; GPPU, PINSAR, PPUN, PPN, Asosiasi Profesi/Masyarakat, PDHI, ASKESMAVETI, YOP dan YLKI.

Pada kesempatan itu, salah satu narasumber FGD, Denny Widaya Lukman, Dosen FKH IPB dalam presentasinya menyampaikan bahwa peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia baik di pemerintah, produsen atau stakeholder, maupun konsumen diperlukan untuk menumbuhkan pemahaman, kesadaran dan kepedulian terhadap pangan asal hewan sehingga diperlukan adanya komitmen dan konsistensi Pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah untuk penyediaan pangan asal hewan yang ASUH

Recent Posts

Gubernur Bengkulu di OTT, DPR: KPK Jangan Jadi Alat Politik Jelang Pilkada

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Irawan menyoroti kasus penangkapan Gubernur Bengkulu…

53 menit yang lalu

Puan: Guru Pahlawan Penjaga Nyala Pelita Masa Depan Bangsa

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berharap peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024…

2 jam yang lalu

Dana Bergulir Tingkatkan Usaha Anggota Koperasi di Majalengka

MONITOR, Jakarta - Koperasi sebagai tonggak pemberdayaan masyarakat, telah membuktikan bahwa ekonomi yang kuat dapat…

4 jam yang lalu

Menteri Yandri Kaget Lihat Jalan Kabupaten Serang Rusak Parah, Respon Menteri PU Cepat

MONITOR, Banten - Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto mengaku kaget…

5 jam yang lalu

Kementerian Imipas Kirim Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

MONITOR, Jakarta – Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kementerian Imipas) menyerahkan bantuan untuk pengungsi erupsi Gunung Lewotobi di Lembata, Nusa Tenggara…

5 jam yang lalu

DPR Minta Negara Global Patuhi Pengadilan Internasional yang Keluarkan Surat Penangkapan PM Israel

MONITOR, Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court (ICC) mengeluarkan surat penangkapan bagi…

7 jam yang lalu