PERISTIWA

Ledakan di Depan Gereja Katedral Makassar Disebut Cederai Toleransi

MONITOR, Jakarta – Ketua Dewan Pembina Public Virtue Research Institute, Tamrin Amal Tomagola menyebut ledakan bom di Gereja Katedral makassar mencederai toleransi dan demokrasi.

Menurutnya, jika tidak segera diusut dan ditemukan pelakunya, Indonesia terancam dapat terjerumus kembali pada aksi-aksi kekerasan ekstrem, kejahatan terorisme, dan konflik komunal seperti pengalaman di Ambon, Sampit, dan Poso.

“Kami menyesalkan sekali masih adanya aksi teror berbentuk ledakan bom di depan Gereja Katedral Makassar. Teror ini merupakan aksi kriminal yang mencederai toleransi. Kemajemukan dan saling tenggang rasa sudah menjadi pilihan kita dalam berbangsa dan bernegara. Jangan lagi ada aksi-aksi intoleransi yang merusak kerukunan umat beragama,” kata Tamrin Amal Tomagola, di Jakarta, (28/3).

Menurut Tamrin, aksi intoleransi dan radikalisme dapat berpotensi merusak tatanan masyarakat yang majemuk dan budaya tenggang rasa yang telah lama tumbuh di masyarakat Indonesia. Aksi-aksi kriminal sektarian semacam ini juga telah ikut menurunkan kualitas demokrasi di Indonesia, katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kajian Toleransi dan Demokrasi Public Virtue Research Institute, Rodilansah Roland Gunawan, menyatakan turut berbelasungkawa, khususnya pada korban ledakan dan umat Kristiani yang tengah melakukan ibadah dengan khusyuk di Gereja Katedral Makassar.

“Kami mendesak pemerintah untuk menemukan kelompok pelaku di balik teror bom di Gereja Katedral Makassar. Kami mengimbau kepada warga masyarakat untuk tidak menyebarkan video dan gambar korban ledakan karena dapat memicu kekhawatiran yang lebih jauh. Kami juga mengimbau masyarakat agar waspada pada informasi di media sosial, dan berpegang pada media yang telah terbukti kredibilitasnya,” kata Rodilansah.

Dalam kajian Public Virtue Research Institute, aksi-aksi kriminal dan teror Bom seperti ini sudah banyak terjadi dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Mulai dari Bom Bali I (2002), Bom JW Marriot (2003), Bom Bali II (2005), Bom Ritz Carlton (2009), Bom Masjid Az-Dzikra Cirebon (2011), Bom Sarinah (2016), Bom Mapolresta Solo (2016), Bom Kampung Melayu (2017), serta Bom Surabaya dan Sidoarjo (2018). Kali ini, hal yang sama terjadi di depan Gereja Katedral Makassar di Jalan Kajaolalido, Makassar, Sulawesi Selatan.

Recent Posts

Jasa Marga dan Pemkot Bandung Jajaki Kolaborasi Wujudkan Ikon Kota Bandung di Ruas Tol Cipularang

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. bersama Pemerintah Kota Bandung memulai pembicaraan strategis…

5 jam yang lalu

Wacana Beli LPG 3 Kg Pakai NIK, Puan Minta Ada Edukasi Maksimal ke Rakyat

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menanggapi wacana kebijakan Pemerintah terkait penggunaan Nomor…

5 jam yang lalu

DPR Kritik Penetapan HET Beras Medium, Harusnya Satu Harga Seperti BBM

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman mengkritik penetapan Harga…

5 jam yang lalu

Kementerian UMKM Permudah Akses Legalitas Usaha Lewat Festival di Kota Tua

MONITOR, Jakarta - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggelar Festival Kemudahan dan Pelindungan…

6 jam yang lalu

Puan Harap Tranformasi Pendidikan Lewat Smart TV Diimbangi Kesejahteraan Guru

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani berpandangan bahwa upaya Pemerintah dalam mendorong transformasi…

6 jam yang lalu

DPR Harap Dubes Baru Mampu Jembatani Masalah Status WNI Imbas Kebijakan Presiden AS

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI, Junico Siahaan menyambut baik dipilihnya Dwisuryo Indroyono…

8 jam yang lalu