POLITIK

Megawati Tantang Perguruan Tinggi Kembangkan Produksi Makanan Lokal

MONITOR, Jakarta – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, mengungkapkan bahwa Ketua Umumnya yakni Megawati Soekarnoputri ternyata sudah mengurangi konsumsi beras, terutama di pagi hari.

Hasto menilai, pemimpin itu satunya kata dan perbuatan. Menurut Hasto, kalimat bijak sederhana tersebut benar-benar ditunjukkan oleh Megawati Soekarnoputri.

“Tidak hanya dalam politik, dalam urusan gerakan menanam tanaman pendamping beras pun, Ibu Mega sangat konsisten. Sejak satu tahun yang lalu, Ibu Mega ternyata telah mengubah menu makanan Beliau dengan mengurangi nasi dan mengganti dengan jagung, pisang, umbi, talas, sukun dan lain-lain. Pagi ini saya melihat sendiri bagaimana menu sarapan Ibu Mega terdiri dari jagung, pisang rebus, dan lumpia dengan isi kombinasi telur dan sayur-sayuran,” ungkapnya kepada wartawan, Jakarta, Selasa (23/3/2021).

Kemudian, Hasto pun melaporkan kepada Megawati bahwa di dalam gerakan menanam yang dilakukan oleh Babeh Idin, seorang penerima Kalpataru dalam gerakan penghijauan di Ciliwung, pihaknya diberi kesempatan untuk menanam Porang.

Secara spontan, lanjut Hasto, Megawati pun mengeluarkan stok makanan Jepang berupa beras Shirataki.

“Ini beras Shirataki dari Jepang. Sengaja saya minta dibeli karena ini dari Porang. Kamu kirim gambar ini ke Pak Pratik (Mensesneg), dan minta agar UGM, IPB dan perguruan tinggi lainnya melakukan riset untuk membuat produk olahan dari makanan lokal seperti bagaimana mengolah Porang dan lain-lain,” ujar Megawati meminta kepada Hasto. 

Lebih lanjut, Megawati menantang para peneliti dan juga seluruh lembaga perguruan tinggi untuk melakukan riset di dalam mengolah keanekaragaman makanan nusantara.

“Saya selalu berharap para peneliti Indonesia menemukan benih unggul dan sekaligus kemampuan pengembangan teknologi proses untuk makanan nusantara yang luar biasa jenisnya. Bahkan saya mau ikut berikan insentif sebagai daya dorong bagi peneliti Indonesia,” katanya.

Hasto menambahkan, apa yang dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri dengan gerakan menanam tanaman pendamping beras tidak lain sebagai upaya agar Indonesia tidak perlu impor beras.

“Jalan berdikari dalam pangan harus dibangun dengan penuh rasa percaya diri. Di manapun, tugas menteri perdagangan itu menitikberatkan untuk mendorong ekspor. Jadi sangat aneh, di tengah pandemi yang seharusnya menghemat devisa, menteri perdagangan malah terus ngotot kampanye impor beras,” ungkapnya.

Recent Posts

Layanan Kesehatan Haji 2025 Berakhir, Kemenkes: Jumlah Jemaah Wafat Turun

MONITOR, Jakarta - Operasional layanan kesehatan jemaah haji Indonesia 1446 H/2025 M di Arab Saudi…

2 jam yang lalu

Gelar Sekolah Politik Anggaran, Fraksi PKB Pelototi APBD Kota Depok

MONITOR, Jakarta - Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) sepertinya serius menjawab tantangan Penjabat (Pj) Sekda…

5 jam yang lalu

Kementerian PU Segera Rampungkan Seksi 4 Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat

MONITOR, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus mempercepat penyelesaian Jalan Tol Kuala Tanjung -…

6 jam yang lalu

Program Sekolah Rakyat Solusi Konkret Atasi Akes Pendidikan Keluarga Miskin Ekstrem

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Arzeti Bilbina, meminta pemerintah mengintensifkan pelaksanaan program Peluncuran…

7 jam yang lalu

Menag Minta Kampus PTKIN Kembangkan Ekoteologi

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta kampus Peguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)…

8 jam yang lalu

Menperin Raih Komitmen Tiga Prinsipal Otomotif Jepang, Harga Stabil dan Tidak PHK

MONITOR, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meminta komitmen kepada tiga produsen otomotif besar…

11 jam yang lalu