PENDIDIKAN

Pola Asuh Bermasalah, KPAI: Bikin Anak Sulit Belajar di Rumah

MONITOR, Jakarta – Masih banyak siswa yang kesulitan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), atau kegiatan belajar dari rumah (BDR). Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, menyatakan anak-anak menjadi kelompok paling rentan ketika kebijakan ini dilaksanakan di masa pandemi. Terlebih, ketika pengasuhan anak di lingkungan rumahnya bermasalah.

Retno menyatakan pengasuhan kurang optimal ini terjadi karena banyak faktor, diantaranya bisa dikarenakan kedua orangtua bekerja dan anak dalam pengasuhan pengganti, atau dikarenakan orangtua bercerai sehingga anak ikut salah satu orangtuanya serta bisa jadi mereka malah ikut nenek sebagai pengasuh pengganti.

Permasalahan ini semakin rumit, kata Retno, manakala ditunjang adanya disparitas digital yang lebar sehingga mengakibatkan anak-anak dari keluarga miskin tidak terlayani PJJ selama berbulan-bulan lamanya.

“Saat pengawasan di SMPN 5 kota Cimahi, beberapa guru yang melakukan kunjungan ke rumah para siswanya yang sudah beberapa bulan tidak bisa mengikuti PJJ daring saya wawancarai. Banyak cerita pilu tentang kondisi para siswanya yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi,” ujar Retno Listyarti, Komisioner KPAI bidang pendidikan, Sabtu (27/2/2021).

Dalam temuan KPAI, Retno mengungkapkan ada siswa yang sama sekali tidak memiliki alat daring dan akhirnya bekerja membantu ayahnya sebagai kuli bangunan; ada siswa yang tinggal di panti asuhan dan tidak memiliki alat daring; ada siswa yang satu-satunya alat daring di rumahnya rusak dan ketika di perbaiki ternyata dibawa kabur tukang service HP; ada siswa yang bisa mengerjakan tugas kalau sudah mendampingi adiknya belajar daringkarena ibunya yang merupakan orangtua tunggal harus bekerja, dan banyak cerita pilu lainnya.

Selain permasalahan alat daring, Retno menyatakan ternyata anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dari rumah juga dikarenakan permasalahan lain, seperti terjadi perceraian kedua orangtua di masa pandemi sehingga anak-anak mengalami masalah psikologi, adanya pengasuhan pengganti seperti ikut nenek atau kerabat terdekat lainnya, anak yang dibawa salah satu oranguanya padahal masih proses perceraian, anak yang terpaksa mutasi (luar kota) karena orangtuanya sudah resmi bercerai, dan bahkan ada anak yang terstigma karena pernah terinfeksi covid-19 dari kluster keluarga.

Recent Posts

PT Jasamarga Transjawa Tol Gencarkan Sosialisasi Zero ODOL di Ruas Jalan Tol Palimanan-Kanci

MONITOR, Cirebon - Dalam upaya mendukung program nasional Zero ODOL (Over Dimension Over Loading), PT…

1 jam yang lalu

Menag Terima Taj Yasin, Jateng Siap Jadi Tuan Rumah MTQ Nasional 2026

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menerima audiensi Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj…

2 jam yang lalu

DPR Dorong Fasum Terdampak Bencana Cepat Diperbaiki, Sistem Peringatan Dini Diefektifkan

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Andi Iwan Darmawan Aras menyampaikan keprihatinan…

4 jam yang lalu

Prof Rokhmin: Indonesia Emas 2045 Bukan Angan-angan, MAI Harus Jadi Motor Utama Bangun Industri Akuakultur

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menyerukan kebangkitan sektor kelautan…

4 jam yang lalu

Minyak Atsiri Indonesia Menduduki Peringkat ke-8 Dunia

MONITOR, Jakarta - Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan industri minyak atsiri, karena didukung…

5 jam yang lalu

TNI Hormati Keputusan Pemerintah Tunjuk Mayjen Ahmad Rizal Ramadhani jadi Dirut Bulog

MONITOR, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghormati dan mendukung penuh keputusan pemerintah yang menunjuk…

6 jam yang lalu