Kamis, 18 April, 2024

KPAI: 633 Siswa SMP di Cimahi Tak Punya Gadget untuk PJJ

MONITOR, Jakarta – Kebijakan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau PJJ rupanya masih terkendala di sejumlah daerah. Pada dua minggu lalu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendapati temuan kasus ribuan anak di kota Cimahi terancam tidak naik kelas.

Akan tetapi, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mendapati klarifikasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi bahwa jumlah ribuan yang sempat dirilis bukan siswa tidak naik kelas, akan tetapi rapor hasil belajar siswa memang banyak yang tidak tuntas.

Untuk itu, sekolah mewajibkan rapor diambil oleh orangtua siswa ke sekolah, agar para wali kelas dapat memberikan masukan kepada orangtua siswa terkait pendampingan PJJ di rumah.

“Awalnya pada 18 Desember 2020, jumlah siswa jenjang SD yang rapor hasil belajarnya yang belum diambil mencapai 722 siswa, dari total 21.943 siswa SD di kota Cimahi. Namun pada (14/1) jumlahnya berubah menjadi 522 siswa, dan pada (30/1) jumlahnya tersisa 71 siswa,” terang Retno dalam keterangannya, Rabu (17/2/2021).

- Advertisement -

Sedangkan untuk siswa jenjang SMP pada 18 Desember 2020, jumlah rapor yang belum diambil mencapai 2.313 siswa dari total 21.534 siswa SMP di Kota Cimahi. Namun pada (14/1) jumlahnya turun menjadi 1.539 siswa, bahkan pada (30/1) jumlahnya tersisa hanya 91 siswa.

Retno memaparkan, sejumlah kendala yang dihadapi diantaranya adalah masalah alat daring, kuota internet dan wilayah blank spot. Dari keterangan yang diperoleh KPAI, ada sekitar 633 siswa SMP di kota Cimahi yang tidak memiliki alat daring. Adapun status kepemilikan handphone siswa SMP di kota Cimahi mayoritas adalah milik siswa sendiri sebanyak 18.048 dan 2.508 HP milik orangtua dan 633 tidak memiliki handphone maupun alat daring yang lain.

“KPAI mengapresiasi Dinas Pendidikan Kota Cimahi dan para guru di Kota Cimahi yang tetap melayani peserta didik yang kesulitan PJJ daring dengan guru kunjung dan orangtua diminta mengambil soal dan materi ke sekolah, bahkan ada guru yang bersedia ke sekolah setiap hari untuk mengajari 3 siswanya di sekolah karena tidak memiliki alat daring. Mungkin masih ada banyak kendala, namun ada upaya untuk meminimalkan,” pungkasnya.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER