Jumat, 19 April, 2024

Soal Isu Kudeta Demokrat, Rocky Gerung: Pak SBY Pasti Tinggalkan ‘Kuping’ di Istana

“Itu mungkin salah hitungnya Pak Moeldoko dan teman-teman”

MONITOR, Jakarta – Pengamat politik, Rocky Gerung, menduga Presiden RI ke-6 yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih memiliki anak buah yang setia di lingkungan Istana Negara.

Hal itu disampaikan oleh Rocky saat menanggapi rencana pengambilalihan secara paksa atau kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.

Rocky mengungkapkan bahwa telah diketahuinya rencana kudeta oleh AHY tersebut pasti karena adanya kebocoran informasi. Rocky pun menduga, persiapan kudeta mungkin baru berjalan 20 persen, tetapi sudah lebih dulu bocor ke publik melalui AHY.

“Pak SBY itu 10 tahun di istana, pasti dia meninggalkan ‘kuping’ di dinding-dinding istana, sehingga bisa mendengar sebetulnya. Itu mungkin salah hitungnya Pak Moeldoko dan teman-teman yang ingin melakukan kudeta,” ungkapnya dalam kanal Youtube Rocky Gerung Official, Jakarta, Selasa (2/2/2021).

- Advertisement -

Rocky menilai bahwa tindakan mengambil alih partai merupakan politik pragmatis, yakni upaya mencari jalan keluar atau solusi dengan menggunakan cara yang paling sederhana dan cepat.

Sementara itu, Rocky menyebut, tudingan yang dilontarkan kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang mengatakan bahwa ia adalah pihak yang hendak mengkudeta AHY adalah hal yang biasa saja dalam politik.

“Pak Moeldoko enggak salah karena mungkin beliau menganggap ‘kan biasa tuh partai dipecah belah lalu diambilalih’, kan istana lakukan hal itu terhadap Golkar, PPP, macam-macam. Jadi sudah jadi grammar istana untuk mengambil alih partai dalam rangka konsolidasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, Rocky juga menyoroti kegaduhan yang kembali dilakukan oleh buzzer atau para pendengung di media sosial, yang mana para akun bayaran ini menciptakan isu seolah-olah AHY kesal karena tidak mendapatkan jatah menteri di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.

Rocky mengatakan, digunakannya buzzer tersebut adalah hal yang normal dilakukan oleh pihak-pihak terkait demi kecepatan pembentukan opini publik terhadap isu yang sedang bergulir ini.

“Saya anggap bahwa Pak Moeldoko manggil lagi ini buzzer-buzzer yang sudah berceceran. Ya sudah kita gembira saja karena ada kerjaan buzzer-buzzer istana. Dan betul bahwa kalau dia enggak dijelaskan pada publik, nanti presiden bingung untuk mengambil kesimpulan, ‘ini apa yang terjadi?’,” katanya.

Menurut Rocky, hal yang berbahaya adalah jika Presiden Jokowi menyimpulkan bahwa kudeta AHY ini dimaksudkan pula untuk kudeta terhadap presiden.

“Karena kan presiden (nanti) berpikir ‘ini kok diam-diam mau melakukan kudeta Demokrat? Apa dengan cara itu (pula) mengambil kekuasaan lebih besar? Sehingga menginginkan terjadi perubahan politik lebih cepat? Jadi kalkulasi presiden juga bisa mendua itu,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Rocky menambahkan, maka dipakailah para buzzer tersebut untuk menyebarkan informasi bahwa AHY adalah pihak yang kesal dan membuat gaduh karena tidak mendapatkan jatah menteri di kabinet.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER