MONITOR, Jakarta – Pada pertengahan bulan Januari 2021 ini, pemerintah akan memulai program vaksinasi massal bagi rakyat Indonesia. Sembari menanti jadwal pelaksanaan, pemerintah juga masih menunggu izin edar darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Di sisi lain, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mencatat sebanyak 234 kiai dan tokoh NU meninggal selama pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020. Selain itu, berdasarkan laporan Satkor Covid-19 RMI (Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyyah) PBNU per 27 Desember 2020, terdapat 112 pesantren menjadi klaster penularan Covid-19, dengan 5.244 pasien.
Atas data diatas, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Pusat mendorong kepada pemerintah di semua tingkatan untuk memprioritaskan pemberian vaksin kepada tokoh agama, terutama dari kalangan pondok pesantren yang sampai saat ini masih mengawal proses pendidikan secara luring maupun daring.
“Wafatnya seorang Kiai atau Bu Nyai bukan sekadar kehilangan secara fisik semata, akan tetapi kehilangan panutan dan lautan ilmu yang dibawa oleh para pembimbing ruh para santri,” kata Ketua PCNU Jakarta Pusat, Gus Syaifuddin, Kamis (7/1/2021).
Selain itu, ia juga mendorong pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk kiai dan santri. Menurutnya, bantuan ini sangat penting. Di sisi lain, menjaga dan melindungi pimpinan pondok pesantren dari wabah Covid-19 juga keharusan.
“Maka dari itu, dengan ikut menjaga dan menyelamatkan para tokoh agama terutama kalangan pesantren, berarti ikut serta menjaga gudang ilmu beserta sanadnya. Karena mencetak Kiai dan Bu Nyai yang mumpuni tidak semudah menciptakan aplikasi,” imbuhnya.