HUMANIORA

Launching dan Diskusi Buku ‘Menggugat Negara Maritim’

MONITOR, Ternate – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara menggelar launching dan diskusi buku karya Muhlis Hafel dengan judul “Menggugat Negara Maritim: Konflik Kebijakan di Wilayah Perbatasan” karya Muhlis Hafeldi Sahid Hotel Ternate pada Selasa Malam (5/1/2021).

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Maluku Utara, H M Al Yasin Ali menyoroti terkait peran Pemerintah Daerah dalam mengelola pembangunan Kawasan Perbatasan. Konsep Kedaulatan dan hak berdaulat Negara atas laut merupakan hak negara untuk melakukan pengaturan, pengawasan, perlindungan, dan pengolahan atas laut guna melindungi kepentingan nasional di laut.

“Hingga saat ini, kurang lebih 35 peraturan perundang-undangan berkaitan dengan bidang maritim telah ditetapkan pemerintah, dan masing-masing memiliki keterkaitan dengan sektor kelautan,” katanya.

”Pemerintah Provinsi Maluku Utara akan selalu hadir untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat yang agamis, aman, damai dan harmonis serta menciptakan Perekonomian Daerah yang inklusif dan berkualitas dengan orientasi pada nilai tambah dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan bijaksana,” tegasnya.

Pada kesempatan tersebut, Muhlis Hafel melalui bukunya “Menggugat Negara Maritim” mengkritik banyaknya kebijakan negara di sektor kemaritiman yang masih tumpeng tindih antar instansi atau lembaga yang ada.

“Laut ini kan mestinya diurus oleh instansi-instansi tertentu yang membidangi laut. Tapi ternyata, banyak kebijakan yang ada di instansi lain yang saling tumpang tindih. Nah, kondisi inilah yang mengakibatkan kebijakan berjalan tidak normal,” katanya.

Muhlis mencontohkan seperti pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan kemudian berubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dimana kebijakan dan urusan laut malah dialihkan ke provinsi.

“Kabupaten yang mestinya harus mengurus laut. Masalah tumpang tindih di negara ini terlalu banyak terkait dengan kebijakan-kebijakan kelautan. Kita mengklaim diri sebagai negara maritim, tapi implementasinya tidak sebagaimana negara maritim,” jelasnya.

Sementara itu, pakar kemaritiman yang juga guru besar fakultas perikanan dan ilmu kelautan IPB University, Prof Rokhmin Dahuri yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut mengatakan pembangunan ekonomi maritim dapat menjadi solusi mengatasi permasalahan bangsa seperti mendorong pertumbuhan ekonomi, mengatasi pengangguran dan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial, dan mewujudkan pemerataan pembangunan antar wilayah.

“Posisi geoekonomi dan geopolitik Indonesia sangat strategis. Pertama, merupakan jantung Rantai Pasok Global (Global Supply Chain), dimana sekitar 45 persen total barang yang diperdagangkan di dunia dengan nilai 15 trilyun USD/tahun dikapalkan melalui ALKI (UNCTAD, 2012),” katanya. 

Selain itu, menurut mantan Menteri kelautan dan perikanan itu, gugusan Kepulauan Nusantara merupakan “Chock Point” armada kapal perang maupun kapal niaga, yang melintas dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia, dan sebaliknya.

“Jika ekonomi kelautan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi IPTEKS dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor ekonomi kelautan akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan bangsa (khususnya pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosek, dan disparitas pembangunan antar wilayah), dan secara simultan dapat mengkselerasi terwujudnya Indonesia Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat,” terangnya.

Rokhmin Dahuri berharap kehadiran buku tersebut dapat mendorong penguatan implementasi kebijakan bidang maritim nasional dan sektoral yang berkaitan dengan peraturan perundangan penegakan hukum dan  keamanan di laut terutama pengawasan dan pengamanan terhadap aktivitas illegal fishing nelayan asing.

“Buku ini mengulas dan menganalisis kebijakan nasional dan problem penegakan hukum di bidang maritim, termasuk regulasi nasional bidang maritim, kebijakan perikanan, dan kebijakan instansi sektoral bidang maritim, hingga peran TNI AL, Ditpolair, dan Ditjen PSDKP (KKP),” jelasnya.

Recent Posts

Dahnil Azhar Apresiasi Kebijakan Arab Saudi dalam Penangguhan Sementara Visa Umrah Jelang Musim Haji 2025

MONITOR, Jakarta - Wakil Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) menyampaikan apresiasi atas kebijakan terbaru Pemerintah…

2 jam yang lalu

BKSAP DPR Vokal Suarakan Kemerdekaan Palestina di Sidang IPU Hingga Buat Delegasi Israel Walk Out

MONITOR, Jakarta - Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera menyatakan…

3 jam yang lalu

Jasa Marga Catat 1,8 Juta Kendaraan Kembali ke Jabotabek pada H1 s.d H+7 Libur Idulfitri 1446H, 80,6% Kendaraan Telah Kembali Ke Jabotabek

MONITOR, Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mencatat sebanyak 1.848.445 kendaraan kembali ke wilayah…

4 jam yang lalu

Rupiah Melemah dan IHSG Anjlok, Puan Dorong Ada Mitigasi Guna Antisipasi Dampak pada Kehidupan Rakyat

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti melemahnya nilai tukar rupiah yang kini…

4 jam yang lalu

Temui Mensos, Menteri PU Tegaskan Komitmen Dukung Infrastruktur Sekolah Rakyat

MONITOR, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan komitmennya mendukung penuh pembangunan infrastruktur pendidikan…

5 jam yang lalu

Dua Ruas Jalan Tol Trans Sumatera Segera Bertarif, Hutama Karya Lakukan Sosialisasi

MONITOR, Sumatera - Dalam waktu dekat, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) segera memberlakukan tarif…

5 jam yang lalu