Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti/ dok: istimewa
MONITOR, Semarang – Tasamuh (toleransi) merupakan ajaran ketuhanan yang telah termaktub dalam Al-Quran maupun perilaku Nabi Muhammad SAW, sebagai wujud moderasi beragama ditengah kemajemukan bangsa.
Hal itu dikatakan Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di hadapan 80 mahasiswa peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Nasional (DIKLATPIMNAS) Diktis Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, melalui virtual, Senin (21/12).
Mu’ti menuturkan kemajemukan (pluralitas), keberagaman (diversity, ta’addudiyah), dan istilah lainnya adalah sesuatu yang terjadi atas kehendak dan sesuai dengan hukum-hukum Allah (sunnatullah).
“Pluralitas ditandai oleh adanya perbedaan basyariah (fisik), insaniah (intelektual), dan diniyyah (keagamaan) yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, ilmiah, dan amaliah,” terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam.
Dihadapan para aktivis mahasiswa PTKI se-Indonesia ini, Mu’ti menerangkan ciri-ciri tasamuh sebagai bekal menjadi insan yang moderat, yaitu memahami dan menyadari adanya perbedaan. “aku-dia; kami-mereka; in-group-out-group termasuk dalam hal ini memahami titik perbedaan dan persamaan beserta sebab-sebabnya”, sebagai ciri pertama.
Menurutnya, orang yang tasamuh memiliki ciri-ciri selalu menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan yang bersifat pribadi, kemudian tidak mencela, menyalahkan, merendahkan, mengafirkan, atau memaksakan kehendak kepada orang atau pihak lain. Ciri ketiga, lanjut Mu’ti, menerima eksistensi mereka yang berbeda dengan tetap menjaga dan mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau kelompok.
“Keempat, memberikan kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi mereka yang berbeda untuk dapat melaksanakan keyakinan dan memelihara identitas,” tutur mantan Dosen UIN Walisongo Semarang.
Ciri terakhir adalah bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap kepentingan bersama dan hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak serta menjunjung tinggi kesepakatan kolektif untuk membangun kerukunan, kedamaian, dan kemajuan bersama.
“Tasamuh memungkinkan adanya ta’awun, kooperasi, kolaborasi, tolong menolong, gotong-royong, kemitraan, bentuk-bentuk mu’amalah untuk kemaslahatan umum,” terangnya.
Diklatpimnas Diktis Ditjen Pendidikan Islam diselenggarakan secara online pada 20-26 Desember 2020 dan dilanjutkan secara offline pada 28-30 Desember 2020. Narasumber sebelumnya Wakil Menteri Agama RI, Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani, Direktur Diktis Suyitno dan diberikan orientasi oleh Ruchman Basori Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan.
Ruchman mengatakan mahasiswa berperan penting sebagai agen penyemai gagasan dan perilaku moderasi beragama, yang secara spesifik diwakili oleh nilai dan laku toleransi terhadap kemajemukan sebagai sunnatullah.
MONITOR, Jakarta - Ketepatan hasil uji laboratorium memegang peranan penting dalam berbagai sektor industri, mulai…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI Abdullah menyoroti langkah cepat Badan Reserse Kriminal…
MONITOR, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh terus memperluas kiprah dalam pengembangan…
MONITOR, Jakarta - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia terus menggalang dukungan bagi upaya kemerdekaan Palestina…
MONITOR, Tangerang - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina terus berkomitmen mendorong kemandirian…
MONITOR, Batam - KN. Tanjung Datu-301 milik Bakamla RI berhasil mengevakuasi 14 orang anak buah…