Kamis, 25 April, 2024

Aksi 1812, Pengamat: Jangan Ada Lagi Nyawa yang Melayang Sia-sia

“Entah sudah berapa mayat yang dikubur akibat demo“

MONITOR, Jakarta – Pengamat Politik, Tony Rosyid, mengungkapkan bahwa jangan ada lagi yang mati atau melayang nyawanya karena aksi unjuk rasa atau demonstrasi.

Hal itu disampaikan Tony saat menanggapi rencana aksi dari Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah ormas lainnya yang akan di gelar di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (18/12/2020).

“Entah sudah berapa mayat yang dikubur akibat demo. Pelajar, mahasiswa, anak remaja, ada juga yang usia dewasa. Di era Jokowi, jumlah orang mati akibat demo termasuk paling banyak di antara presiden di era reformasi,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat (18/12/2020).

Tony menyampaikan, setiap kematian menyisakan duka mendalam. Duka bagi keluarga serta koleganya dan duka bagi bangsa Indonesia.

- Advertisement -

“Ini urusan nyawa, tak boleh dianggap murah di negeri yang berasas Pancasila ini,” ujarnya.

Tony mengatakan, Indonesia menjadi semakin gaduh dan pada akhirnya massa menggeruduk Polsek, Polres dan bahkan Istana, karena mereka menganggap ada banyak kejanggalan dalam insiden tewasnya enam Anggota FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek dan penahanan terhadap Imam Besar FPI Rizieq Shihab.

“Curiga adanya keadilan yang sulit diungkap, massa bahkan hari ini datang ke Istana dan menuntut presiden menuntaskan kasus KM 50 ini secara adil. Satu-satunya cara adalah menyerahkan kasus ini pada Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Independen,” katanya.

Untuk mengamankan gelombang aksi unjuk rasa atau demonstrasi pada Jumat (18/12/2020) di depan Istana, pihak kepolisian kabarnya telah menyiapkan ribuan Anggota Brimob.

“Jika massa yang hadir dalam jumlah jutaan, ini akan membuat cemas. Sekali provokator bermain, Brimob akan dihadap-hadapkan dengan massa, lalu dor dor dor, ada yang mati, berabe!. Ini yang harus dicegah. Enggak boleh terjadi lagi,” ungkap Tony.

Tony menuturkan, Brimob adalah pasukan lapangan, bawahan yang para anggotanya adalah anak-anak muda. Menurut Tony, mereka akan sangat bergantung pada instruksi atasannya, bersikap persuasif atau bertindak keras. 

Tony menilai, massa saat ini sedang terluka akibat kematian enam anak muda yang kebetulan adalah anggota FPI, juga kematian sejumlah orang di demo-demo sebelumnya. Untuk itu, Tony mengingatkan, jangan ada lagi luka dan duka yang bisa memancing emosi mereka karena situasi akan tidak bisa terkontrol.

“Disini, Brimob yang dilengkapi dengan senjata harus menahan diri untuk menjaga situasi tetap kondusif. Bersikap persuasif dan jauh dari tindakan provokatif akan menjadi upaya preventif yang efektif,” ujarnya.

Tony menegaskan, tidak boleh ada yang melanggar aturan, terutama aparat keamanan, meski itu atas perintah atasan. Tony menyebutkan, dalam Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri pasal 7 ayat 3 poin c dijelaskan bahwa bawahan wajib menolak perintah atasan yang bertentangan dengan norma hukum, norma agama dan norma kesusilaan.

“Jelas, bahwa bawahan tidak boleh melaksanakan instruksi atasan jika itu melanggar aturan. Jadi, atasan bukan Tuhan yang semua instruksinya benar. Benar ikuti, jika salah, bawahan wajib menolaknya. Bawahan tak boleh jadi korban oknum atasan yang bermain-main dengan jabatan,” katanya.

Tony mengungkapkan, kematian demonstran sudah terlalu banyak. Menurut Tony, sudah cukup nyawa rakyat melayang hanya karena demonstrasi atau unjuk rasa.

“Jangan ada lagi nyawa yang melayang sia-sia. Enam orang yang tertembak sudah cukup membuat nyeri bengsa ini, dan merusak nama baik Indonesia di mata dunia internasional,” ungkapnya.

“Enggak boleh ada lagi. Jangan jadikan hari ini sebagai ‘Jumat Keramat’ dengan sama-sama menahan diri agar tak ada lagi nyawa melayang sia-sia. Ini berbahaya bagi stabilitas sosial-politik, keamanan dan masa depan negara bernama Indonesia,” ujar Tony menambahkan.

Seperti diketahui, FPI dan sejumlah ormas lainnya yang mengatasnamakan Anak NKRI akan menggelar aksi unjuk rasa atau demonstrasi di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (18/12/2020).

Demo bertajuk ‘Tegakkan Keadilan, Selamatkan NKRI’ dan dilabeli ‘Aksi 1812’ itu menuntut agar pemerintah mengusut tuntas kasus tewasnya enam Anggota FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek. Demo tersebut rencananya akan berlangsung sekitar pukul 13.00 WIB.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER