HUMANIORA

Forum Satu Bangsa: Menggunakan Adzan untuk Panggilan Jihad adalah Provokasi

MONITOR, Jakarta – Adzan adalah seruan mulia untuk mengajak umat Islam menunaikan sholat berjamaah. Namun, menggunakan adzan untuk panggilan jihad di negeri Muslim seperti Indonesia adalah provokasi terhadap kekerasan yang dapat berdampak buruk bagi umat Islam sendiri maupun kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didirikan dengan susah payah oleh para pendiri bangsa (founding fathers).

Demikian disampaikan Ketua Umum Forum Satu Bangsa (FSB), Hery Haryanto Azumi dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (5/12/2020).

Menurut Hery, menyebut Indonesia sebagai Negara Thoghut adalah sebuah pemaksaan konteks yang salah. Memang masih ada sekelompok orang yang berusaha mempropagandakan bahwa Indonesia adalah pemerintahan thoghut yang dzalim terhadap umat Islam.

“Hal tersebut didasari oleh kekecewaan mereka terhadap ijtihad para ulama pendiri bangsa yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Kesepakatan (darul mitsaq), berbeda dengan yang mereka inginkan agar Indonesia menjadi Negara Islam yang menerapkan hukum Islam secara tektual,” ujarnya.

Untuk itu, Hery mengatakan harus ada pendekatan yang bersifat edukatif terhadap kelompok-kelompok tersebut agar secara jangka panjang dapat menuntaskan ganjalan-ganjalan ideologis yang bersumber dari kesalahpahaman (misunderstanding) maupun paham yang salah (wrong understanding).

“Jika ada perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, maka aparat harus bertindak tegas sebagaimana mustinya penegakan hukum tanpa pilih kasih,'” jelasnya.

Pemerintah, lanjut mantan ketua umum PB PMII itu harus menindak tegas kaum provokator yang berusaha menggunakan agama sebagai alat permusuhan terhadap sesama anak bangsa.

“Ajaran-ajaran yang menganjurkan kepada cinta tanah air (hubbul wathon) dan persaudaraan satu bangsa (ukhuwwah wathoniyyah) harus sebanding dengan persaudaraan sesama Muslim (ukhuwwah Islamiyyah),” tegas Hery.

“Semua warga bangsa harus bekerja sama dalam menuntaskan berbagai permasalahan kebangsaan, termasuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Faktor kemiskinan turut menjadi sebab masyarakat gampang dibelokkan oleh radikalisme dengan dalih agama,” pungkas tokoh muda NU itu.

Recent Posts

Kemenag Buka Pendaftaran Program PKDP 2025

MONITOR, Jakarta - Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag membuka pendaftaran…

1 jam yang lalu

Miris 1 Juta Lulusan Sarjana Nganggur, DPR: Ironi di Tengah Bonus Demografi

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi menanggapi rilis Badan Pusat Statistik (BPS)…

4 jam yang lalu

Polusi Udara Meningkat di Jakarta, DPR: Cerminan Buruknya Tata Kelola Emisi

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan menyoroti peningkatan polusi udara di…

5 jam yang lalu

Komisi IV DPR RI Apresiasi Langkah Kementan Kendalikan PMK

MONITOR, Surabaya - Komisi IV DPR RI menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah konkret Kementerian Pertanian dalam…

6 jam yang lalu

Deklarasikan Diri Jadi Kabupaten UMKM, Wamen Helvi Apresiasi Inisiatif Pemda Situbondo

MONITOR, Jawa Timur - Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Wamen UMKM) Helvi Moraza…

6 jam yang lalu

Puan Dorong Pemerintah Bertindak Soal Ancaman Gugatan Brasil Terkait Kematian Turis Juliana di Rinjani

MONITOR, Jakarta - Ketua DPR Puan Maharani menanggapi isu yang berkembang terkait ancaman gugatan yang…

10 jam yang lalu