MONITOR, Jakarta – Produksi pertanian akan terus ditingkatkan meski di tengah pandemi COVID-19. Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani agar tidak ragu mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) guna permodalan usaha tani.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, kebutuhan pangan harus dipersiapkan lebih kuat di era pandemi COVID-19 sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo.
“Petani boleh mengambil KUR, sepanjang itu dipakai modal kerja, jangan ragu-ragu. Kita akan dorong lebih kuat lagi untuk bisa berproduksi, meningkatkan produktivitas khususnya beras karena kebutuhan pangan kita harus dipersiapkan lebih kuat di era pandemi COVID-19 seperti ini dan ini petunjuk Bapak Presiden,” kata Mentan SYL, Jumat (4/12).
Diungkapkannya, saat ini dana KUR pertanian sudah tersalurkan Rp 49,7 triliun. Dana KUR pertanian ini dapat digunakan bagi kelompok tani seperti untuk membeli mesin pertanian.
“Saya sudah menggulirkan Rp 49,7 triliun. Kalau ada bank yang tidak mau kasih, kasih tahu saya, saya labrak banknya. Kalau ada apa-apa, ketua kelompoknya surati saya melalui pak Bupati,” tegasnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menyebutkan, dana KUR bisa digunakan petani untuk mengembangkan budidaya ataupun mengerjakan bisnis lainnya yang berkaitan di bidang pertanian.
“Penyaluran KUR telah dinikmati petani di berbagai sektor yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kombinasi pertanian/perkebunan dengan peternakan, serta jasa pertanian, perkebunan, dan peternakan,” sebut Sarwo Edhy.
Adapun, latar belakang perumusan KUR Pertanian ini dilandasi kebutuhan petani pada KUR untuk melanjutkan usaha taninya. Dirinya mengakui masalah pembiayaan masih menjadi kendala karena petani sedikit mengalami kesulitan ketika akan meminjam ke bank.
“Biasanya yang menjadi kendala dalam pembiayaan tersebut keharusan adanya agunan atau jaminan dan angsurannya yang cukup besar. Karena usaha tani ini berbeda dengan usaha-usaha lainnya, pastinya petani akan kesulitan mendapatkan permodalan,” jelas Sarwo Edhy.
Upaya sosialisasi dilakukan supaya uang dari KUR benar-benar digunakan untuk hal produktif. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, serapan KUR pertanian sangat rendah, mengingat NPL (non performing loan) sangat tinggi.
“Serapan rendah itu dikarenakan sebelumnya bank alergi dengan pertanian. Terutama untuk komoditas musiman tingkat kegagalannya sangat tinggi. Namun dengan dukungan Kementan, perbankan mulai yakin dengan sektor pertanian,” ujarnya.
Kementan sendiri melakuan strategi baru supaya serapan KUR pertanian bisa tinggi. Salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan dengan melibatkan pelbagai pihak. Mulai dari konsultan pembiayaan, klinik agrobisnis, dan pihak lainnya.
“Kami juga akan membentuk satgas dan mencari off taker. Jadi petani yang ingin mengajukan KUR, terlebih dahulu mendatangi satgas dan off taker. Uangnya tetap diserahkan kepada individu, tapi off taker yang membantu melakukan pembelian kebutuhan petani,” tukas Sarwo Edhy.