MONITOR, Subang – Tujuh tahun terakhir, petani pada Kelompok Tani Lestari I Desa Bojongloa, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat hanya bisa tanam singkong. Pasalnya, tidak adanya sumber air untuk mengairi lahannya, khususnya di musim kering.
Namun berkat adanya pembangunan dam parit, kini lahan tersebut sudah mulai bisa ditanami padi. Petani yang tergabung pada Poktan Lestari I Desa Bojongloa merasa bersyukur karena pada tahun 2020 ini mendapat bantuan pemerintah (banpem) pembangunan Dam Parit dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pembangunan dam parit untuk mengantisipasi musim kering. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.
“Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain. Luas layanan minimal 25 Ha (tanaman pangan), 20 Ha (hortikultura, perkebunan, dan peternakan),” ujar Mentan SYL, Senin (16/11).
Menurut Mentan SYL, pembuatan dam parit untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif.
“Masyarakat dan para petani diharapkan bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah,” pintanya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, untuk pembangunan infrastruktur ini dicanangkan 400 Unit di 30 Provinsi dan lebih dari 226 Kabupaten/Kota.
Kegiatan dapat berupa Embung, Dam Parit, dan Longstorage.
Luas layanan minimal 25 Ha (tanaman pangan), 20 Ha (hortikultura, perkebunan, dan peternakan).
“Dam Parit sesuai dengan kebutuhan petani. Sebagian besar dananya disalurkan melalui sistem swakelola petani. Dengan swakelola oleh petani, hasilnya umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani,” ujar Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, dengan diserahkannya program Padat Karua kepada kelompok tani, maka pembangunan infrastruktur akan dilakukan secara gotong royong atau swakelola. Bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan pembangunan embung atau DAM Parit bisa mengajukan ke Dinas Pertanian kabupaten atau kota masing-masing.
“Nanti dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti. Bantuan ini diharapkan bisa membantu petani yang tujuannya bisa mensejahterakan petani,” jelas Sarwo Edhy.
Menurut Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Subang – Johan Subur, para petani bersuka cita karena setelah tujuh tàhun hanya bisa menanam singkong, sekarang bisa bertanam padi kembali setelah adanya sumber air yang mencukupi dari aliran dam parit.
“Luas lahan yang terdampak dari aliran air dam parit ini seluas kurang lebih 50 hektar, mencakup dua kelompok tani,” ujar Johan.
Johan optimis para petani di Bojongloa akan bisa terus menerus bertanam padi. Sumber air di lokasi dam parit tidak pernah kering sehingga petani akan dapat menanam padi terus menerus baik IP 200 sampai IP 300.
Keberadaan dam parit tidak hanya memberikan kebahagian bagi para petani Bojongloa, namun juga bagi Ketua Kelompok Tani Lestari I, Kosar Jafar Sidik. Ia mengatakan, bahwa pembangunan dam parit telah memberikan harapan bagi para petani yang awalnya hanya bisa menanam singkong.
“Sekarang para petani sudah mulai menanam padi. Sudah sekitar empat hektar. Baru sedikit karena pembangunan dam parit baru selesai seminggu yang lalu,” katanya saat berada di lokasi dam parit.
Menurut Jafar, dulu memang petani sempat menanam padi setelah dibuat saluran irigasi melalui dana swadaya. Namun karena terkena longsor, saluran air tersebut lama tidak berfungsi. Para petani hanya bisa menanam singkong untuk dapat memanfaatkan lahannya.
Sumber air untuk irigasi dam parit ini berasal dari Situ Gayonggong yang airnya tidak pernah kering.
“Situ Gayonggong tidak pernah kering sehingga dengan adanya dam parit ini petani bisa panen tiga kali setahun,” papar Jafar optimis karena 40 anggota kelompoknya bisa terus menanam padi.
Lebih lanjut dia mengatakan, manfaat lain dari pembangunan dam parit ini adalah terairinya kolam-kolam ikan milik masyarakat. Juga ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan airnya untuk mandi dengan membuat pancuran bambu.