INTERNASIONAL

Warganet China Berdebat Sengit Soal ‘Tembok Besar Palsu’

MONITOR, Jakarta – Warganet di China terlibat dalam perdebatan sengit terkait munculnya replika Tembok Besar di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Nanchang, yang dibangun dengan biaya sebesar 100 juta yuan atau sekitar Rp216,5 miliar.

‘Tembok Besar Palsu’, nama yang disematkan para wisatawan untuk situs tiruan di Ibu Kota Provinsi Jiangxi itu sebenarnya berupa jalan setapak yang membentang sepanjang 4 kilometer di atas perbukitan dengan dilengkapi menara pengawas persis seperti Tembok Besar asli yang ada di Beijing.

“Membuang-buang uang saja untuk benda tiruan buruk itu. Kita sudah punya Tembok Besar,” ungkap seorang warganet China yang menamakan dirinya, Niu, pada Rabu (9/9/2020) waktu setempat.

“Berapa Tembok Besar di pelosok negeri ini yang benar-benar peninggalan purbakala? Apakah kalian tahu Tembok Besar di China itulah sejarah yang sebenarnya? Apa yang ada di Nanchang memudahkan masyarakat setempat merasakan pengalaman Tembok Besar tanpa harus meninggalkan kotanya,” ujar Xiaolizi seorang warganet lainnya menimpali.

Selain menyoroti biaya pembuatannya, ada juga beberapa warganet lain yang lebih mengkhawatirkan pembangunan replika Tembok Besar itu akan merusak ekologi hutan yang ada di sekitarnya.

“Ini akan merusak ekologi dan berdampak pada satwa liar di sekitarnya,” kata warganet bernama Chaishenjie.

Penanggung jawab pemasaran ‘Tembok Besar Palsu’, Yu, mengungkapkan bahwa objek wisata tersebut sebenarnya dibangun untuk mencegah kebakaran hutan.

“Sekitar 70 persen area hutan. Untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan, kami putuskan membangun pagar pembatas kebakaran hutan itu menyerupai Tembok Besar,” ungkapnya seperti dikutip dari media resmi setempat.

Yu mengatakan bahwa pembangunan ‘Tembok Besar Palsu’ dimulai pada 2013 dan rampung pada 2018 dengan menghabiskan biaya 100 juta yuan.

“Kami tidak pernah mempromosikan bangunan ini sebagai ‘Tembok Besar’. Nama itu keluar dari mulut para wisatawan. Sebagian besar wisatawan tertarik karena mereka sangat menikmatinya tanpa harus ke Beijing,” katanya.

“Memang Tembok Besar di Beijing selalu dipadati pengunjung sehingga sebagian besar merasa kurang nyaman menyusuri peninggalan bersejarah tersebut,” ujar Yu menambahkan.

Sumber: Antara

Recent Posts

Tanggapi Usulan KPU dan Bawaslu Jadi Ad Hoc, DPR: Evaluasi Harus

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi II DPR RI Zulfikar Arse Sadikin menanggapi adanya usulan…

2 jam yang lalu

Gelar Rakor di Jeddah, Menag: Persiapkan Pelaksanaan Haji 2025

MONITOR, Jakarta - Menag Nasaruddin Umar hari ini, Minggu (24/11/2024), menggelar Rapat Koordinasi di Kantor…

3 jam yang lalu

Live Streaming Ipswich Town vs Manchester United, Sekarang!

MONITOR, Jakarta - Berikut jadwal sepakbola malam ini menyajikan laga menarik antara Ipswich Town bertemu…

11 jam yang lalu

KPK dan Kementerian Imipas Gelar Audiensi Pemberantasan Korupsi

MONITOR, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menjalin sinergi lintas sektor guna meningkatkan efektivitas…

14 jam yang lalu

Hadirkan Ajang Karbon Netral, Pelari Apresiasi Pertamina Eco RunFest 2024

MONITOR, Jakarta - Pertamina Eco RunFest 2024 yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta pada Minggu…

17 jam yang lalu

Kemenag Beri Hadiah Total Rp125 Juta untuk Juara MTQ Internasional

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) memberi penghargaan kepada lima qari, qariah, dan hafiz yang…

19 jam yang lalu