MONITOR, Jakarta – Aksi protes di Swedia dan Norwegia, disertai insiden pembakaran hingga perobekan kitab suci Al-Quran menuai tanggapan dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Terkait insiden ini, Haedar mengecam keras tindakan pembakaran Al-Quran dan penghinaan kepada Nabi Muhammad yang dilakukan kelompok orang yang menamakan diri Stop Islamization of Norway (SIAN) di dekat parlemen Norwegia pada Sabtu, 29 Agustus 2020 lalu.
Ia menilai aksi demonstrasi anti-Islam di Norwegia yang berakhir ricuh itu menunjukkan sikap Islamophobia yang sangat buruk di era modern yang semestinya menjunjung tinggi perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan golongan apapun. Ironinya tindakan intoleran terhadap Islam di Swedia dan Norwegia tersebut terjadi di negara yang selama ini pada setiap memberikan Hadiah Nobel berupa penghargaaan atas usaha-usaha perdamaian dan kemanusiaan. Swedia bahkan negeri Alfred Nobel, sang penggagas Hadiah Nobel.
“Karenanya Muhammadiyah berharap dan menghargai tindakan tegas pihak berwenang atas perbuatan anarkis dan intoleran di kedua negeri tersebut,” kata Haedar Nashir, dalam keterangannya.
Lebih lanjut, Haedar mengatakan Muhammadiyah menghargai negara-negara Islam dan pihak lain yang menyampaikan protes atas tindakan anarkis terahadap Islam tersebut sesuai proporsi dan protokol hubungan antarbangsa dan antarnegara yang menghargai hak asasi dan hak demokrasi umat beragama.
“Agama dan umat beragama memiliki hak hidup di negeri manapun, lebih-lebih di negeri demokrasi,” tandasnya.