PARLEMEN

DPR: Pemerintah Jangan Asal-asalan Pakai Vaksin Impor

MONITOR, Jakarta – Pemerintah diharapkan tidak asal-asalan dalam menggunakan vaksin virus Corona, terutama yang berasal dari luar negeri. Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, menekankan pemerintah harus mengedepankan unsur kehati-hatian dalam menguji vaksin tersebut.

“Pertama, vaksin yang akan diberikan ke rakyat Indonesia harus benar-benar sudah teruji efektif untuk membentuk antibodi tubuh dalam melawan virus COVID-19. Penting soal efektif atau tidaknya. Walaupun mengenai kehalalan juga penting,” ujar Sukamta, dalam keterangan tertulis yang diterima MONITOR, Rabu (2/9).

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini juga mengingatkan, pemerintah perlu mempertimbangkan ada 3 dari 7 jenis whole genome sequencing (WGS) virus COVID-19 yang berada di Indonesia tidak termasuk S, G, maupun V, sehingga sementara ini dikelompokkan sebagai others oleh lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Ia menjelaskan, fakta tentang jenis virus yang ada di Indonesia yang berbeda dengan jenis virus yang saat ini ada di GISAID harus diperhatikan dengan seksama. Apalagi temuan bahwa jenis dan mutasi virus ini cepat, maka penanganan virusnya bisa sangat spesifik misal hanya untuk penduduk Indonesia.

“Fakta ini menjadi penting ketika kita mengimpor vaksin dari luar negeri. Data dan analisis virus dan keefektifan vaksin harus sesuai dengan kondisi di Indonesia. Bukan sekadar jumlah peserta uji klinis fase tiga yang mencapai puluhan ribu dari 119 etnis lalu dinyatakan bahwa uji klinis yang dilakukan oleh perusahaan pembuat vaksin di luar negeri disebut valid kemudian cocok diberikan kepada rakyat Indonesia. Apalagi pernyataan vaksin valid hanya berdasarkan penilaian singkat saat kunjungan kerja ke luar negeri lembaga yang berwenang memberi ijin edar obat makanan, tentu ini berbahaya,” beber Doktor lulusan Inggris ini.

Lebih jauh Sukamta berpesan bahwa efektifitas vaksin untuk menyelamatkan rakyat menjadi hal utama. Semakin cepat memperoleh vaksin dengan mengimpor obat atau vaksin dari luar negeri, belum tentu akan efektif bekerja.

“Kebijakan ini sangat beresiko pada pemborosan APBN. Lebih baik dukung pengembangan vaksin dan obat buatan dalam negri supaya bisa berhasil efektif secepat cepatnya,” tandas Sukamta.

Recent Posts

Mulyanto Tantang Menkeu Purbaya Tindak Tegas Mafia Baja dan Tekstil

MONITOR, Jakarta - Ketua Majelis Pertimbangan Pusat PKS, Mulyanto, mendesak Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa…

1 jam yang lalu

Menag Lantik 13.224 PPPK, Termuda Usia 20 Tahunan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar hari ini melantik 13.224 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian…

2 jam yang lalu

11 Warga Dibui Karena Pertahankan Tanah Leluhur, DPR: Jangan Kriminalisasi Pejuang Hak Adat!

MONITOR, Jakarta - Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira menyatakan keprihatinan mendalam…

3 jam yang lalu

12 Pemikir Dunia Bertemu di AICIS+ 2025, Bahas Ekoteologi dan Masa Depan Teknologi

MONITOR, Jakarta - Dunia akademik bersiap menyambut pertemuan pemikir kelas dunia dalam AICIS+ 2025 yang…

3 jam yang lalu

Kemenag Dorong Takmir Fungsikan Masjid sebagai Wadah Jaminan Sosial

MONITOR, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) mendorong para takmir agar memperluas fungsi masjid menjadi wadah…

4 jam yang lalu

Mahasiswa UNIDA Gontor Sukses Wujudkan Wisata Lebah Digital Pertama di Indonesia

MONITOR, Ponorogo - Sebuah gagasan sederhana di tangan mahasiswa berubah menjadi karya besar yang menginspirasi.…

5 jam yang lalu