MONITOR, Jakarta – Keberadaan influencer dan buzzer kini tengah dipersoalkan. Apalagi, pemerintah melibatkan sejumlah influencer untuk membantu mengkampanyekan sejumlah isu-isu penting ditengah pandemi. Dana yang dialokasikan bagi influencer pun jumlahnya tidak sedikit.
Sementara pihak Istana membantah atas tudingan memelihara buzzer. Politikus senior Fahri Hamzah pun turut menanggapi fenomena buzzer ditengah wabah ini.
Ia mengaku tidak setuju manakala buzzer dianggap sebagai gangguan dalam kehidupan berdemokrasi, terlebih publik menyalahkan keberadaan buzzer di media sosial.
“Saya tak setuju fenomena buzzer dianggap gangguan. Demokrasi itu memang sistem bising, penuh laron karena bottom line-nya adalah freedom. Orang-orang mengejar cahaya yang kini tersebar pada banyak lampu penerang jalan,” ujar Fahri Hamzah, Selasa (1/9).
Ketimbang menghakimi profesi buzzer, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia ini justru ingin menyalahkan kinerja pemerintah yang kurang responsif.
“Jadi saya lebih memilih menyalahkan respon pemerintah,” tukas Fahri Hamzah.
MONITOR, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus memperkuat praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri, menegaskan, perlu adanya tindakan…
MONITOR, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengusulkan penambahan petugas dalam operasional penyelenggaraan ibadah haji 1446H/2025M kepada…
MONITOR, Jakarta - Tanwir I ‘Aisyiyah resmi dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,…
MONITOR, Jakarta - Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Romli Atmasasmita, mengungkapkan bahwa…
MONITOR, Jakarta - Industri otomotif masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk bisa semakin melaju.…