Jumat, 19 April, 2024

Kementan Amankan Padi dari Tikus dan Wereng Coklat di Jawa Timur

MONITOR, Jakarta Kementerian Pertanian bergerak cepat dalam merespon adanya laporan serangan tikus dan WBC di beberapa lokasi di Provinsi Jawa Timur dengan mengadakan bimbingan teknis (bimtek) dan gerakan pengendalian (gerdal) pada 25-27 Agustus 2020. Kepala Balai Besar Peramalam Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Enie Tauruslina mengungkapkan bimtek dan gerdal sebagai salah satu upaya dalam pengamanan produksi untuk menjaga agar produksi padi tetap aman.

“Kementan di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo terus berkomitmen untuk mengawal kegiatan pengamanan produksi pangan nasional. Oleh karena itu kami merespon cepat jika ada laporan serangan OPT seperti tikus dan werenng coklat maupun OPT lain di lapangan,” tutur Enie.

Sesuai arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menghimbau agar merespon cepat permasalaham di lapangan. Pihaknya telah mengerahkan petugas lapangan untuk terus mendampingi petani dan mengawal pertanaman hingga panen tiba. Semua jajaran Kementerian Pertanian untuk terus mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan serangan penyakit dengan melakukan upaya-upaya maksimal untuk menjaga dan mengamankan produksi pangan nasional.

Tim BBPOPT melaksanakan bimtek mengenai OPT tikus dan WBC serta strategi pengendaliannya di Desa Betek Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang, Desa Pojok Kulon Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, Desa Bulangkulon Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik, dan Desa Turi Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

- Advertisement -

POPT BBPOPT Turyadi mengungkapkan pengamatan yang intensif diperlukan supaya keberadaan WBC dan OPT lain dapat terdeteksi lebih awal di lapangan sehingga tindakan pengendalian lebih cepat dilakukan. Jika sudah ditemukan populasi di atas ambang batas pengendalian maka harus segera dilakukan pengendalian secara bersama-sama.

“Diharapkan petani maupun petugas POPT memahami gejala serangan OPT tanaman padi terutama wereng coklat dan tikus serta penyakit utama tanaman padi sehingga paham bagaimana pengendalian yang tepat,” jelas Turyadi
Tim BBPOPT juga melakukan pemantauan keadaan lapang sehingga dapat menentukan langkah pengendalian. Dari hasil pengamatan keadaan lapang di Desa Pojok Kulon Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang dilaporkan rata-rata populasi WBC 125 ekor/rumpun dengan stadia dominan berupa makroptera dan nimpha besar. Varietas dominan berupa sertani dan inpari 32.

Sebagai tindak lanjut, Turyadi memberikan rekomendasi untuk segera dilakukan gerakan pengendalian WBC dengan menggunakan insektisida berbahan aktif MIP 60% bantuan dari pemerintah guna menurunkan populasi awal pada pertanaman. Gerdal dilakukan bersama-sama oleh petani. “POPT dan petani harus melakukan evaluasi dengan pengamatan 1 dan 3 hari setelah aplikasi, ” tutup Turyadi.

Selain bimtek dan gerdal wereng, tim BBPOPT juga melakukan bimtek tikus dan cara pengendaliannya. Dalam pengendalian tikus, perlu diperhatikan pula berapa umur padi di pertanaman. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain sanitasi lingkungan dengan membersihkan rumput rumput atau semak-semak yang suka digunakan tikus untuk bersarang, melakukan pembongkaran lubang-lubang sarang tikus dan gropyokan, melakukan fumigasi atau pengemposan pada lubang aktif tikus lalu menutup lubang aktif tersebut agar tikus mati. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.

Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan pembuatan Linier Trap Barrier System (LTBS) atau berupa bentangan pagar plastik setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus.

“Hama tikus akan terkendali jika mengenal perilaku dan cara pengendalian yang tepat, berkelanjutan terus menerus dan dalam hamparan yang luas,” tutup Turyadi.

- Advertisement -

BERITA TERKAIT

TERPOPULER