MONITOR, Jakarta – Kasus Dimas Ibnu Alias, seorang siswa SMPN di Rembang, Jawa Tengah yang terpaksa belajar di sekolah sendirian akibat tidak memiliki smartphone untuk mengikuti pelajaran dari sekolah, menuai perhatian dari Anggota DPR RI Saleh Partaonan Daulay.
Saleh melihat, banyak orangtua yang mengeluh dan mendapati kesulitan dalam menghadapi pola kegiatan belajar mengajar di rumah. Pasalnya, tidak semua masyarakat memiliki akses internet dan infrastruktur pendidikan yang memadai.
“Kasus seperti Dimas ini diyakini banyak di berbagai daerah di Indonesia. Sebab, ada banyak warga masyarakat yang tidak bisa mengakses internet. Terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok dan daerah-daerah perbatasan. Keluhan yang banyak disampaikan antara lain tidak memiliki smartphone atau komputer untuk mengakses pembelajaran dari sekolah. Selain itu, ada banyak keluarga yang tidak mampu membeli kuota internet untuk online. Kalaupun ada, mereka tidak bisa memakainya setiap hari karena keterbatasan budget,” kata Saleh, dalam keterangannya.
Selain fasilitas gadget dan akses internet, legislator dapil Sumatera Utara II ini menekankan, tidak semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu semuanya dapat dipahami oleh orang tua murid.
Menurutnya, ada banyak PR yang harus dikerjakan. Praktis, dengan pola belajar seperti ini, orang tua siswa dipastikan akan menghabiskan waktu untuk mengurus pelajaran-pelajaran anak-anaknya.
“Padahal, urusan rumah tangga bukan hanya soal sekolah, tetapi ada banyak hal lain yang mungkin lebih kompleks. Bagi yang punya smartphone dan komputer, sering juga disalahgunakan anak-anak. Di sela-sela proses belajar mengajar itu, mereka juga bermain game. Kalau dulu orang tua dinasihati untuk tidak memberi smartphone pada anak, sekarang ini orang tua malah dituntut untuk menyiapkannya. Ini sangat dilematis dan perlu dicarikan solusinya,” seru Anggota F-PAN DPR ini.
Untuk itu, Saleh meminta pemerintah segera mengevaluasi proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan sekolah-sekolah.