Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP), Neni Nur Hayati.
MONITOR, Jakarta – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 sudah dipastikan akan digelar pada 9 Desember 2020 mendatang. Dalam situasi pandemi ini, Direktur Eksekutif Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Neni Nur Hayati menilai masih banyak masyarakat yang abai dalam penerapan aturan protokol kesehatan.
“Saya melihat buru-buru new normal ini tidak disertai dengan kesiapan masyarakat bagaimana masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. masih banyak orang enggan memakai masker, physical distancing apalagi mencuci tangan,” ujar Neni Nur Hayati saat dihubungi MONITOR, Jumat (3/7).
Terkait pelaksanaan pilkada, Neni mengingatkan bahwa hal tersebut tidaklah mudah, sebab membutuhkan persiapan yang matang agar pesta demokrasi tersebut berjalan lancar dan sukses.
“Kita butuh persiapan yang cukup matang, Dan saya tidak pernah membayangkan kita akan menghadapi kondisi-kondisi di luar dugaan khususnya nanti menjelang tanggal 9 Desember 2020,” kata Neni.
Ia menegaskan, perencanaan dan kesiapan yang matang sangat diperlukan, mengingat masa pandemi ini akan mengancam keselamatan jiwa manusia. Hal ini, dikatakan Neni, merupakan situasi buruk yang harus dihindari.
“Mengadakan pilkada di masa krisis ini, krisis kesehatan masyarakat ini memang mungkin. Akan tetapi, perencanaan yang matang diperlukan untuk menghindari situasi buruk yang memang sangat mengerikan ini,” pungkasnya.
MONITOR, Jakarta - Indonesia dan Arab Saudi terus berupaya meningkatkan kerja sama yang komprehensif di…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan merespons keluhan para nelayan akibat…
MONITOR, Jakarta - Kementerian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menggelar Forum Konsultasi Publik (FKP)…
MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher mengecam keras kasus kekerasan…
MONITOR, Jakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak semua elemen bangsa dan seluruh masyarakat…
MONITOR, Bali - Direktur Center for Inter-Religious Studies and Traditions (CFIRST) Arif Mirdjaja ikut berkomentar…