MONITOR, Jakarta – Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendis Kementerian Agama RI menggelar Talkshow Daring “Coffee Break Indonesia” dengan tema Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dan COVID-19, Jumat (17/4).
Pada acara yang dipandu Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan Dit PTKI, Ruchman Basori tersebut, Direktur PTKI Prof Arskal Salim GP menuturkan, seluruh sivitas akademika PTKI mau tidak mau harus merespon situasi yang tengah melanda dunia, tentunya dengan terus berinovasi dan memastikan kegiatan akademik tetap berjalan kendati memanfaatkan berbagai macam sarana.
“Kita dorong terus agar jurnal-jurnal bisa terus dipublilasikan edisi-edisi tahunannya. Jangan sampai kesempatan yang ada ini dengan working from home di sia-siakan. Jadi situasi saat ini bisa dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa untuk menyiapkan karya-karya terbaiknya dengan publikasi artikel jurnal,” ujar Prof Arskal membuka diskusi.
Selain itu, Prof Arskal juga menjelaskan, bahwa pihaknya juga terus menawarkan berbagai mekanisme yang dapat memastikan kegiatan akademik dapat terus berjalan ditengah pandemi, salah satunya yakni Kuliah Keja Nyata Dari Rumah yang termasuk dalam Tridharma Perguruan Tinggi tentang Pengabdian Masyarakat.
“KKN Dari rumah lebih kepada komunikasi dan publikasi, lewat berbagai macam media atau online yang tersedia. Tetapi ada KKN yang terlibat langsung dengan kegiatan sosial, tetapi ini kami batasi, kepada mereka yang betul-betul memiliki skil dan keahlian tentang kesehatan dan kedokteran,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor IAIN Tulungagung, Prof Maftukhin menuturkan, pihaknya menyadari bahwa mayoritas PTKI yang berlatar belakang pendidikan agama sempat kebingungan ketika menghadapi pandemi seperti saat ini. Untuk itu dirinya berpesan aga seluruh PTKI kedepan meningkatkan kontribusi dalam hal keilmuan untuk menghadapi pandemi.
“Sebetulnya banyak yang telah dilakukan kawan-kawan di satgas kita, hanya satu sebetulnya yang tidak bisa dilakukan, yaitu terkait dengan kesehatan, karena PTKI kita hanya ada 3 yang punya fakultas kesehatan. Tapi problem pandemi itu bukan hanya problem kesehatan, tetapi ada problem-problem sosial yang jauh lebih mendasar dibanding problem kesehatan tersebut,” tutur Prof Maftukhin.
Menyambung pembicaraan, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Amani Lubis mengatakan, sebagai PTKIN pihaknya telah memberlakukan berbagai peraturan sejak awal maret guna mencegah penyebaran virus corona, diantaran pelarangan dosen ke luar negeri, bekerja dari rumah, pembelajaran daring hingga pembatalan program-program yang berhubungan langsung dengan luar negeri.
Hal itu dilakulan guna memastikan kegiatan akademik tetap berjalan disamping upaya-upaya mencegah penyebaran virus corona. “Awal maret kita sudah memiliki edaran untuk melarang mahasiswa dosen ke luar negeri, khususnya banyak program dengan Jepang, Korea, dam Malaysia itu semua sudah kita stop sejak 3 maret,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Prof Amani, UIN Syarif Hidayatullah juga mengoptimalkan Fasilitas Kehatan yang ada guna membantu masyarakat di tengah pandemi, termasuk penerjunan relawan mahasiswa. Untuk faskes yang disediakan UIN Jakarta diantaranya RS Syarif Hidayatullah, RS Haji Pondok Gede, Klinik Pratama dan KliniknBuaran. “Fakultas pun punya cara sendiri dalam menyampaikan upaya pencegahan Covid-19,” tuturnya.