BERITA

Mengenal Infeksi Hantavirus, Penyakit yang Beda dengan Covid-19

MONITOR, Jakarta – Belum lagi surut pemberitaan tentang COVID-19, belakangan publik kembali menerima informasi tentang Infeksi Hantavirus pada manusia di Tiongkok. Menanggapi hal ini, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menjelaskan bahwa kejadian infeksi Hantavirus berbeda dengan COVID-19.

Menurut Dirjen PKH, I Ketut Diarmita, sampai saat ini penularan COVID-19 utamanya terjadi antar manusia, sementara Hantavirus ditularkan dari hewan ke manusia atau bersifat zoonosis. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan penyakit tersebut ditularkan dari manusia ke manusia.

“Hantavirus ditularkan dari binatang pengerat seperti tikus ke manusia. Tidak pernah ada laporan kasus penularan antar manusia,” jelas Ketut di Jakarta, 5 April 2020.

Ia menegaskan bahwa infeksi hanya dapat terjadi apabila manusia digigit tikus, atau kontak dengan barang ataupun makanan yang terkontaminasi oleh air seni atau kotoran tikus sebagai hewan pembawa virus.

“Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menjaga makanan dan minuman dari kontaminasi, akan mencegah terjadinya penularan,” tambahnya lebih lanjut

Sementara itu, Peneliti Utama sekaligus Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLitvet) Bogor, Kementan yakni NLP Indi Dharmayanti memberi pernyataan bahwa berdasarkan kajian yang telah dilakukan, Hantavirus pernah ditemukan di Indonesia.

Namun demikian, ia berpesan agar masyarakat tidak perlu khawatir, karena dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah, kantor, dan penerapan PHBS dapat mencegah penyakit tersebut.

Indi juga menjelaskan, berdasarkan literatur, infeksi Hantavirus dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia berupa kelainan ginjal dan paru-paru, dimulai dengan demam, bintik perdarahan pada muka, sakit kepala, tekanan darah menurun, dan buang air kecil relatif sedikit namun sering.

Hantavirus termasuk virus RNA dan bersifat tidak tahan terhadap pelarut lemak, seperti deterjen, perlarut organik dan hipoklorit.

“Sama seperti SARS-COV-2, virusnya mudah mati apabila kita bersihkan dengan sabun/deterjen, disinfektan, pemanasan dan sinar ultra violet,” imbuh Indi menutup penjelasannya.

Kementerian Pertanian melalui BBLitvet telah melakukan riset terkait virus Hanta, dan bersama laboratorium veteriner lain siap untuk memeriksa sampel apabila diperlukan untuk deteksi virus tersebut.

Recent Posts

BEM Nusantara DKI Jakarta Apresiasi Gubernur Tangani Persoalan Banjir

MONITOR, Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara DKI Jakarta memberikan apresiasi kepada Gubernur Pramono…

5 jam yang lalu

DPR Desak Polisi Usut Kasus Jual Beli Rekening Judol, Dorong Pelaku Dijerat Hukuman Maksimal

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas pihak-pihak…

7 jam yang lalu

24 Calon Dubes Penuhi Syarat, DPR Harap Diplomasi RI Makin Kuat

MONITOR, Jakarta - Komisi I DPR RI telah merampungkan fit and proper test 24 calon…

7 jam yang lalu

DPR Desak Kasus Kematian Brigadir Nurhadi Diusut Transparan, Soroti Gaya Hidup Aparat

MONITOR, Jakarta - Anggota Komisi III DPR RI, Sarifudin Sudding menegaskan bahwa penanganan kasus kematian…

7 jam yang lalu

571 Ribu Penerima Bansos Terindikasi Judol, Puan: Telusuri Tuntas, Masyarakat Rentan Jangan Jadi Korban

MONITOR, HJakarta - Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah segera melakukan penelusuran dan validasi…

7 jam yang lalu

IPW Sebut Penambahan Anggaran untuk Polri Adalah Sebuah Keniscayaan, Ini Alasannya

MONITOR, Jakarta - Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, mengungkapkan bahwa penambahan anggaran…

14 jam yang lalu