OPINI

Stamina Spiritual & Kuburan Massal; COVID-19 Bukan Ajang Adu Kesaktian

Oleh: Ari Aprian Harahap*

Setiap kali saya melewati Taman Makam Pahlawan (TMP) di Jakarta, selalu timbul rasa tenteram di dalam hati. Beruntunglah mereka yang dikebumikan di sana. Ribuan batu nisan tampil seragam, dan berjajar rapi di tanah yang lapang. Pintu gerbangnya gagah, memberikan kesan lebih mapan dari makam yang lain-lain. Terbaring di sana, sungguh menampakkan kesan yang indah, seolah menunjukkan mereka itu dihargai. Lain halnya dengan mereka yang terbaring di Tempat Pemakaman Umum (TPU), jauh dari kesan mapan dan indah. Tidak dibongkar saja sudah untung.

Dari sini terbesit sebuah pertanyaan, apa dan siapa yang menentukan boleh tidaknya seseorang ‘diistirahatkan’ di TMP? Apakah mereka harus maju perang, harus angkat senjata melawan Belanda? Atau mungkin niat awalnya begitu, namun sejak tahun 90-an banyak tokoh sipil yang mendapat bintang jasa hingga ketika mereka meninggal dapat dibaringkan di sana. Terbuka perdebatan tentunya, siapa yang berhak mendapatkan bintang jasa itu.

Lantas, apakah mereka yang berjuang di garis depan melawan pandemi Virus Corona boleh dibaringkan di sana?

Kita semua mungkin sudah tahu bahwa pemakaman jenazah terpapar virus Corona tidak dapat dilaksanakan layaknya pemakaman jenazah pada lazimnya. Prosesi pemakaman Dokter Adi Misra, beberapa waktu lalu, menjadi potret memilukan sekaligus pecut bagi kita semua.

Sosok Adi Misra, adalah dokter yang berjuang di garis terdepan melawan pandemi Virus Corona ini. Namun pengorbanan beliau seperti tak dihargai dan tidak mendapat penghormatan atas kepergiannya menghadap sang Ilahi. Corona, virus mematikan asal Wuhan ini sudah merampas martabat mereka yang meninggal dunia.

Sederet angka kematian mulai membuat kita semua terbiasa. Misalnya Italia, yang berkabung atas 11.591 korban meninggal karena Corona, lalu Amerika Serikat tembus 3.000-an lebih korban meninggal. Sementara itu, terhitung pada 31 Maret 2020 kemarin, ada 1.528 kasus positif Corona di Indonesia. Sebanyak 136 orang dilaporkan meninggal dunia. Kabar baiknya, sebanyak 81 pasien dinyatakan sembuh dari virus ini.

Dalam rentang waktu sebulan, Coronavirus (Covid-19) telah menular secara cepat. Di awal Maret 2020, masih teringat pemerintah mengumumkan dua orang menjadi korban kasus positif Corona, namun kini jumlahnya telah mencapai ribuan. Jika hal ini dibiarkan, maka berapa banyak lagi jumlah korban yang akan berjatuhan hingga bulan Ramadhan nanti?

Dalam situasi saat ini, kita harusnya menyadari kebijakan apapun yang akan diberlakukan pemerintah pasti akan memiliki resiko tersendiri. Sangat menarik apa yang disampaikan Buya Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bukankah akan lebih baik jika kita mau merenung untuk meningkatkan stamina spiritual kita, agar terlihat jelas keterbatasan manusia dalam memecahkan masalah-masalah hidup bersama.

Inilah dunia tempat kita bermukim sementara untuk kita pelihara bersama, bukan untuk ditaklukkan. Bukan malah ‘gagah-gagahan’ antara pemerintah Pusat dan Daerah, bukan ‘sok-sok-an’ jadi pahlawan, “hero” atas pengambilan kewenangan dan kebijakannya dalam mengefektifkan penanganan wabah virus Corona ini.

Seandainya kebijakan darurat sipil akan ditempuh pemerintah, maka jangan sampai kondisi gawat darurat sipil ini menjadi ajang siapa yang layak dibaringkan di TMP dan siapa pula yang sepantasnya di TPU. Bagi orang-orang biasa atau dokter sekalipun yang memberikan pengabdian dan jasa besar untuk warga negara, mereka semua harus bersiap memasuki TPM (Tempat Pemakaman Massal). Jauh dari harapan. Kita masih optimis dan terbukti ada pasien bisa sembuh, tentu memerlukan siasat untuk mengatasi wabah ini, kalau tidak ingin entek ‘se-kabehane’. Seperti kata peribahasa arang habis besi binasa.

*Penulis merupakan Ketua Bidang Organisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DKI Jakarta 2020-2022

Recent Posts

Mendorong Kemajuan Sektor Kelautan Perikanan Perlu Kebijakan yang Efektif dan Efisien

MONITOR, Jakarta - Mengingat luasan wilayah perairan Indonesia serta wilayah daratnya yang berbentuk pulau-pulau, maka…

18 menit yang lalu

Kunjungi JMTC, Menteri PU Pantau Kondisi Arus Lalu Lintas Nataru 2024-2025

MONITOR, Bekasi - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo melakukan kunjungan ke Jasa Marga Tollroad…

44 menit yang lalu

Anggota DPR Desak Pemerintah Masifkan Edukasi Uang Palsu

MONITOR, Jakarta - Anggota DPR RI Charles Meikyansah menanggapi kekhawatiran masyarakat terhadap maraknya peredaran uang…

55 menit yang lalu

Tak Hanya untuk Pangan, Sektor Kelautan Perikanan Bisa Jadi Sumber Pendapatan dan Devisa Negara

MONITOR Jakarta - Dengan pengelolaan yang bijaksana sektor kelautan dan perikanan Indonesia tidak hanya dapat…

57 menit yang lalu

Soroti Wacana Denda Damai Bagi Koruptor, DPR Singgung Kasus Harvey Moeis

MONITOR, Jakarta - Anggota Badan Legislatif (Baleg) DPR RI Ahmad Irawan menyoroti pernyataan Menteri Hukum…

19 jam yang lalu

Menag Tegaskan Perempuan Tidak Wajib Dikhitan

MONITOR, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa perempuan tidak wajib dikhitan. Menurutnya, tidak…

20 jam yang lalu